NEW DELHI (Arrahmah.com) – Sebanyak 3.013 anggota kelompok Jamaah Tabligh masih tetap ditahan di berbagai fasilitas karantina di Delhi setelah lebih dari 40 hari. Meskipun hasil tes mereka negatif dan masa karantina 14 hari mereka sudah lama, namun mereka belum dibebaskan meskipun ada permintaan.
Mohammad Shoaib, koordinator COVID-19 Departemen Kesehatan Delhi, mengkonfirmasi kepada Anadolu Agency bahwa semua anggota Jamaah Tabligh siap untuk dibebaskan.
“Hasil tes semua anggota negatif dan menunggu pembebasan mereka. Kami telah bertanya kepada pejabat beberapa kali tetapi mendapat jawaban yang sama bahwa pengurusan dokumen belum selesai. Beberapa daerah di Delhi juga masih ditutup,” kata Dr. Shoaib.
Dia juga mengatakan 250 anggota Tablighi yang dikarantina bahkan diminta untuk menyumbangkan plasma mereka, dan mengkonfirmasi bahwa plasma tersebut telah diterima.
Departemen Kesehatan Delhi telah menulis surat kepada Kementrian Dalam Negeri dua kali pada 17 April dan 3 Mei, untuk membebaskan anggota Jamaah yang negatif, tetapi hal tersebut belum membuahkan hasil.
Dalam suratnya, departemen juga menyebutkan bahwa “anggota tidak hanya dinyatakan negatif tetapi juga menyelesaikan lebih dari 28 hari tinggal di rumah sakit atau fasilitas karantina.”
Dari 3.013 anggota yang berada di pusat karantina, sebanyak 567 orang adalah warga negara asing dan 2.446 lainnya merupakan orang India, termasuk 191 penduduk Delhi.
Dalam konferensi pers pada Kamis (7/5/2020), Menteri Kesehatan Delhi Satyendra Jain mengatakan mereka telah berulang kali mencari “arahan dan protokol” dari kementerian, menambahkan bahwa para anggota tidak dapat dibebaskan lebih awal karena lockdown diberlakukan sampai 3 Mei.
“Jika polisi harus bertindak terhadap siapa pun, bebas untuk melakukannya. Kalau tidak, mereka yang masih dalam karantina meskipun hasil tesnya negatif sekarang harus dibebaskan,” kata Jain.
Dalam operasi lima hari pada akhir Maret, para anggota Jamaah Tabligh telah dievakuasi dari kantor pusat Jamaah Tabligh di Delhi, mengubahnya menjadi pusat penyebaran virus pertama di Delhi. Sebanyak 1.080 orang dinyatakan positif, tetapi semua telah dikarantina sejak itu.
Kepala Tablighi Jamaat India, Maulana Muhammad Saad Kandhlawi, menghadapi dakwaan kriminal serius karena mengorganisir acara tersebut, dan telah dikarantina sendiri sejak berita itu menyebar. Adapun hasil tesnya menunjukkan bahwa ia negatif dari COVID-19.
India melaporkan lebih dari 56.500 kasus virus corona, termasuk hampir 1.900 kematian. (rafa/arrahmah.com)