ACEH (Arrahmah.id) – Para pejabat Indonesia mengatakan bahwa lebih dari 180 pengungsi Rohingya telah mendarat di provinsi Aceh, Indonesia bagian barat, yang merupakan yang terbaru dari ratusan orang yang telah melarikan diri dengan perahu dari kondisi menyedihkan di Myanmar dan kamp-kamp di Bangladesh.
Ribuan orang dari kelompok etnis mayoritas Muslim yang telah dianiaya secara kejam di Myanmar mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dalam perjalanan laut yang panjang dan mahal, dalam upaya mencapai Malaysia atau Indonesia. Jumlah perjalanan berbahaya ini -sering kali dengan perahu berkualitas rendah- meningkat terutama antara bulan November dan April, ketika laut sedang tenang.
Seorang juru bicara kepolisian di Aceh mengonfirmasi kepada kantor berita Reuters melalui telepon bahwa 184 orang Rohingya telah tiba di Kabupaten Aceh Timur pada Senin (27/3/2023) dan “semuanya dalam kondisi sehat”.
Miftah Cut Ade, seorang anggota senior komunitas nelayan lokal di Aceh, mengatakan bahwa 90 wanita dan anak-anak termasuk di antara para pengungsi yang tiba sekitar pukul 3:30 pagi.
Tidak jelas berapa banyak kapal yang mereka tumpangi, namun Nasri, Camat Peureulak, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa “tidak ada kapal di pantai ketika mereka tiba”.
Sedikitnya lima orang dibawa ke rumah sakit, sementara yang lainnya dibawa ke sebuah Masjid untuk mendapatkan tempat tinggal, makanan dan perawatan medis, tambahnya.
Menurut salah satu penumpang, mereka diturunkan di lepas pantai dan disuruh berenang ke daratan oleh kapten kapal.
“Setelah itu, kapal yang kami tumpangi langsung pergi,” kata Ali, seorang pengungsi Rohingya, kepada kantor berita Indonesia, Antara. Para pengungsi tersebut berusaha mencapai Malaysia dari Myanmar, kata Ali.
Para pejabat setempat mengatakan bahwa mereka sedang melakukan pembicaraan dengan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi mengenai penampungan bagi para pengungsi. (haninmazaya/arrahmah.id)