MANILA (Arrahmah.id) – Lebih dari 100 orang tewas dalam salah satu badai paling merusak yang melanda Filipina tahun ini, kata para pejabat pada Senin (31/10/2022), dengan lebih dari separuh kematian tercatat di wilayah otonomi Muslim selatan negara itu.
Badai Tropis Nalgae melanda negara Asia Tenggara selama akhir pekan dan memicu banjir bandang dan tanah longsor, meninggalkan jejak kehancuran dan banjir di salah satu negara paling rawan bencana di dunia ini.
Dampak badai terburuk tercatat di Daerah Otonomi Bangsa Moro di Mindanao Muslim, yang telah dibanjiri oleh hujan lebat yang tidak biasa. Sedikitnya 53 orang tewas di provinsi Maguindanao, menurut data dari Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional.
Namun, kepala menteri wilayah itu mengatakan pihak berwenang menemukan lebih banyak mayat dari tanah longsor besar di kota Datu Odin Sinsuat, Maguindanao.
“Operasi pencarian sedang berlangsung. Sejauh ini lebih dari 60 mayat telah ditemukan,” kata Kepala Menteri BARMM Ahod “Al-Haj Murad” Ebrahim kepada Arab News.
Tanah longsor yang sarat dengan batu, pohon dan puing-puing dilaporkan mengubur puluhan rumah di desa Kusiong di mana pihak berwenang mengkhawatirkan lebih banyak korban saat operasi penyelamatan berlanjut pada Senin (31/10).
Presiden Ferdinand Marcos Jr, yang terbang pada Senin (31/10) di atas distrik-distrik yang terendam banjir untuk memeriksa kerusakan setelah Nalgae, mengatakan belum perlu untuk menyatakan keadaan bencana nasional, sehari setelah rekomendasi diusulkan oleh Dewan Bencana Nasional.
“Saya rasa itu tidak perlu,” kata Marcos dalam jumpa pers.
“Saya sampai pada kesimpulan itu setelah berkonsultasi dengan DENR,” katanya, merujuk pada Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam. “Mereka mengatakan (kerusakan) tidak luas, itu sangat terlokalisasi.”
Presiden mengatakan Maguindanao, Quezon dan Cavite adalah provinsi-provinsi yang paling terdampak di negara itu dan telah menyatakan keadaan bencana mereka sendiri.
Hampir 2 juta orang di lebih dari 5.100 desa di Filipina terkena dampak Nalgae, menurut data resmi, saat banjir melanda banyak provinsi dan kota dan membuat ratusan ribu orang mengungsi.
Topan Noru telah merusak petak lahan pertanian negara itu hanya pada September dan menyebabkan kerusakan hampir $51 juta.
Filipina mengalami 20 amukan badai dan topan setiap tahun. Negara kepulauan dengan lebih dari 7.600 pulau ini juga terletak pada apa yang disebut Cincin Api Pasifik, sebuah busur patahan di sekitar Samudra Pasifik tempat sebagian besar letusan gunung berapi dan gempa bumi dunia terjadi, menjadikannya salah satu negara yang paling rawan bencana.
Pada tahun 2013, Topan Haiyan, salah satu siklon tropis paling kuat yang pernah tercatat, menyebabkan lebih dari 6.000 orang tewas atau hilang dan jutaan orang mengungsi di Filipina tengah. (zarahamala/arrahmah.id)