DAMASKUS (Arrahmah.id) – Penggunaan bom curah yang dilarang oleh rezim Suriah dan Rusia telah menewaskan lebih dari 1.400 warga Suriah, sebagian besar warga sipil, menurut aktivis HAM terkemuka Suriah.
Laporan Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) setebal 43 halaman menyoroti skala pengeboman Rusia dan rezim tanpa pandang bulu di wilayah oposisi di Suriah selama 11 tahun terakhir, termasuk penggunaan bom curah yang telah menewaskan ratusan anak.
Saat diaktifkan, perangkat ini melepaskan antara 10 hingga 40 bom yang tidak meledak saat terjadi benturan dan tetap tidak aktif hingga terjadi kontak, seringkali dengan warga sipil tanpa sepengetahuan yang mengakibatkan kematian atau cedera.
SNHR mencatat 1.435 warga Suriah, termasuk 518 anak-anak, terbunuh oleh perangkat ini antara 2011 dan 2023 dengan 4.410 warga sipil lainnya terluka, seringkali cacat.
“Setiap serangan munisi tandan berarti bahwa puluhan atau mungkin ratusan sisa, sebanyak 40 persen dari jumlah awal submunisi yang dikerahkan, tidak meledak, dan meninggalkannya sebagai ranjau darat mini yang mematikan yang dapat merenggut nyawa penduduk di daerah yang ditargetkan tersebut,” kata Fadel Abdul Ghany, direktur eksekutif SNHR.
“Salah satu alasan yang memaksa kami untuk merilis laporan komprehensif ini adalah fakta bahwa kami telah secara teratur mendokumentasikan kematian dan cedera baru dari sisa-sisa munisi tandan.”
Konvensi Munisi Curah 2008 yang ditandatangani oleh 108 negara, Suriah tidak termasuk, melarang penggunaan bom karena bahaya senjata tersebut bagi warga sipil.
Senjata-senjata itu dirancang untuk digunakan dalam pengaturan militer, seperti melawan kendaraan lapis baja di lapangan udara, tetapi Rusia dan rezim Suriah telah mengerahkannya secara ekstensif di wilayah sipil.
Sekitar 42 persen dari bom curah yang dijatuhkan dalam perang Suriah terjadi pada 2016, tak lama setelah Rusia memasuki perang membantu rezim Suriah dalam perjuangannya melawan oposisi.
Kedua angkatan udara tanpa pandang bulu membom kota dan desa oposisi, dengan bom cluster, senjata kimia, dan bom barel yang semuanya digunakan dengan efek yang menghancurkan.
Setidaknya 500.000 telah tewas dalam perang Suriah sejak 2011, sebagian besar diyakini warga sipil akibat pemboman dan artileri rezim. (zarahamala/arrahmah.id)