KHARTOUM (Arrahmah.id) – Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan menyerbu sebuah desa di negara bagian Al-Jazira dan menewaskan lebih dari 100 orang, kata seorang pejabat pada Rabu (5/6/2024).
Gubernur Al-Jazira Al-Tahir Ibrahim Al-Khair mengatakan kepada Kantor Berita resmi Sudan bahwa “tindakan brutal” yang dilakukan oleh RSF di dan sekitar Wad Al-Noora merupakan “kejahatan perang yang komprehensif.”
“Milisi terus melakukan perang sehari-hari melawan warga. Mereka menjadikan orang-orang sebagai sasaran penyiksaan paling kejam dan penjarahan seluruh harta benda mereka,” lanjutnya.
Sebuah unggahan di media sosial oleh komite perlawanan sipil setempat menggambarkan peristiwa tersebut sebagai pembantaian.
“Desa Wad Al-Noora menyaksikan genosida hari ini setelah milisi RSF menyerang desa tersebut dua kali,” katanya.
Gambar yang dibagikan di media sosial yang konon berasal dari desa tersebut menunjukkan lebih dari 100 orang dimakamkan di kuburan massal.
Sejak perang dimulai pada pertengahan April 2023 dan menyebar ke sebagian besar negara bagian Sudan, tentara telah mempertahankan kendali di negara bagian utara dan timur, sementara RSF efektif di negara bagian barat dan selatan.
Upaya untuk mengakhiri konflik melalui pembicaraan di Jeddah yang dimediasi oleh Arab Saudi dan AS, inisiatif perdamaian yang dipimpin oleh negara-negara tetangga di bawah kepemimpinan Mesir, upaya Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan di Afrika Timur dan diskusi di ibu kota Bahrain, Manama, semuanya gagal membuahkan hasil.
Menurut PBB, konflik di Sudan telah mengakibatkan lebih dari 16.000 kematian, menyebabkan sekitar 8,7 juta orang mengungsi dan menyebabkan lebih dari 25 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, menjadikannya salah satu krisis pengungsian dan kelaparan terbesar di dunia. (zarahamala/arrahmah.id)