BEIRUT (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Lebanon telah menolak seruan Duta Besar AS untuk Beirut agar Beirut melindungi semua warga Suriah yang melarikan diri melintasi perbatasan ke wilayah Lebanon, Ahram Online melansir pada Kamis (8/3/2012).
Pertikaian diplomatik menggambarkan kesulitan Lebanon dalam menangani krisis di tetangganya, Suriah, yang pernah menguasai dan masih memiliki sekutu kuat dalam pemerintahannya.
Utusan AS, Maura Connelly, mengunjungi Menteri Dalam Negeri Lebanon, Marwan Charbel, pada Selasa (6/3), mengingatkan Lebanon untuk mengamankan perbatasannya serta mendesak pihak berwenang di Lebanon untuk melindungi “semua warga Suriah, termasuk anggota Angkatan Darat (pemberontak) Bebaskan Suriah,” menurut situs kedutaan.
Dia juga “menegaskan kembali kekhawatiran Amerika Serikat atas hilangnya dan penculikan warga negara Suriah di Lebanon”.
Menteri Luar Negeri Lebanon, Adnan Mansour, yang dekat dengan faksi Amal yang pro-Suriah, menanggapi hal ini dengan nada yang cukup tajam.
“Lebanon tidak bisa mengindahkan permintaan seperti itu. Lebanon tidak akan bertindak atas permintaan, tapi hanya akan bertindak berdasarkan kepentingan internal, yakni untuk keamanan negara,” katanya.
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengatakan pada situsnya pada hari Rabu (7/3) bahwa kabinet mengingatkan agar semua pihak di Lebanon menghormati Perjanjian Wina, lembaga hukum, serta pemerintah Lebanon.
Konvensi Wina 1961 adalah perjanjian yang mendefinisikan kerangka kerja hubungan diplomatik, yang mewajibkan diplomat untuk menghormati hukum dan peraturan negara tuan rumah.
Seorang juru bicara kedutaan AS mengatakan bahwa Connelly belum menanggapi insiden tertentu, tetapi komentar itu konsisten dengan posisi AS yang melandaskan diri pada hukum ‘humaniter’.
Lebih dari 7.000 pengungsi Suriah telah melarikan diri ke Lebanon utara, menurut badan pengungsi PBB.
Pasukan Suriah turun tangan dalam perang sipil Lebanon pada tahun 1976 dan bahkan hingga tahun 2005 ketika muncul kecaman atas pembunuhan negarawan Lebanon, Rafik al-Hariri.
Pada saat itu, beberapa politisi Libanon menuduh Suriah berada di balik pembunuhan Hariri, ayah Saad al-Hariri. Sebuah pengadilan yang didukung PBB telah mendakwa empat anggota kelompok Hizbullah dan Suriah-yang didukung Iran. Namun Suriah dan Hizbullah membantah ikut ambil bagian dalam pembunuhan tersebut. (althaf/arrahmah.com)