JAKARTA (Arrahmah.com) – Launching gerakan #IndonesiaDamaiTanpaSyiah dan Tabligh Akbar bertajuk “Mengokohkan Ahlus Sunnah wal Jamaah di Indonesia” berlangsung di Masjid Al-Furqon Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jl Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Ahad (16/9/2012).
Acara yang didebut oleh Forum Pemuda Islam Jakarta (FORPIJA) sekaligus deklarasi #Indonesia Damai Tanpa Syiah ini berjalan lancar. Ratusan hadirin memadati ruang utama dan selasar Masjid.
FORPIJA yang merupakan gabungan dari ormas dan pemuda Islam ini, selain mengeluarkan pernyataan sikap dan dukungan terhadap Fatwa MUI Jawa Timur tentang kesesatan Syiah, juga mendeklarasikan #Indonesia Damai Tanpa Syiah di pengujung acara.
Sekjend Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir menyebut pemindahan acara dari Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, ke Masjid Al-Furqan karena adanya tekanan kepada Deputy Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk membatalkan acara tersebut.
Tekanan untuk membatalkan acara di Masjid BI yang digagas oleh Forpija itu menyebut acara Tablig Akbar sebagai upaya memecah belah umat dan menyebut para pembicara sebagai provokator.
“Itulah liciknya mereka, memutar balik fakta dan menyebut kita provokator dan agen zionis,” jelas pengasuh Arrahman Qur’anic Learning (AQL) ini.
Dalam kesempatan itu, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur Muhammad Yunus menguraikan kronologis sebenarnya terkait tragedi Sampang, Madura, yang banyak memakan korban dikalangan Ahlus Sunnah.
“Semoga kesempatan ini bisa menjadi tabayun, untuk meluruskan semua pemberitaan tentang tragedi Sampang yang banyak dikaburkan” Kata Yunus.
Menurut Yunus, dari hasil investigasi MUI Jatim, persatuan ulama Madura yang tergabung dalam BASSRA, PW NU Jatim, dan beberapa ormas Islam lainnya mempunya kesimpulan yang sama bahwa pihak Ahlus Sunnah bukanlah penyerang. Namun, merekalah yang terlebih dahulu diserang yang mengakibatkan jatuhnya korban yang banyak dari warga Sunni, akibat serangan terencana dan sistematis dilakukan oleh kaum Syiah dengan menggunakan bom molotov, bom tangan, dan ranjau yang ditanam.
“Ketika dikonfirmasi, kesimpulan dan temuan hasil investigasi ini dibenarkan oleh Polda Jatim. Tapi, herannya yang ditahan malah 7 orang dari warga sunni, meraka yang membawa bom hingga kini belum ditangkap,” bebernya.
Yunus menjelaskan kembali, bahwa hasil investigasi dari beberapa ormas Islam memang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh beberapa LSM liberal yang membela syiah.
Sementara itu, Pimpinan Yayasan Al Bayyinat Habib Zein Al Kaff menegaskan bahwa negeri Indonesia pada dasarnya merupakan bumi Ahlus Sunnah yang sejak lama hidup rukun.
“Indonesia ini adalah keluarga besar Ahlus Sunah meskipun berbeda-beda dalam organisasi, seperti NU-Muhammadiyah. Tapi, mereka sama-sama meuliakan Sahabat dan keluarga nabi” ungkap Habib Zein.
Lanjutnya, tuduhan dakwah mewaspadai gerakan syiah sebagai pemecah belah bangsa menurutnya tidak berdasar.Karena, sebelum muncunya gerakan kaum syiah, kehidupan warga sunni relatif bersatu dan damai, tanpa ada perselisihan yang mendasar.
“Kita dituduh provokator dan memecah belah, siapa yang memecah belah? Dulu sebelum ada syiah kita bersatu, ada perbedaan antara NU dan Muhammaiyah hanyalah furu’udin (Cabang agama) tetapi perbedaan kita dengan syiah adalah pada aqidah (pokok agama)” jelas Habib Zein.
Hal yang sama diungkapkan oleh Ustadz Farid Ahmad Okbah, MA yang berkesempatan menunjukkan bukti-bukti kesesatan syiah di Indonesia. “Saya dituduh agen zionis, padahal mereka yang jelas telah menista ajaran islam dengan bukti-bukti yang ada mereka dapat diajukan ke Pengadilan karena menista agama” ujar pimpinan Islamic Center Al Islam ,Bekasi ini.
Sementara itu, Amin Djamaluddin berdasarkan pada fakta-fakta yang tertera dan ditulis oleh tokoh-tokoh Syiah sendiri. Termasuk buku yang ditulis oleh Emilia Renita alias Niken, istri dari tokoh Syiah Jalaluddin Rakhmat memaparkan kesesatan syiah dan perbedaan mendasarnya dengan Ahlus Sunnah dalam persoalan ibadah dan aqidah.
“Kalau ada orang Syiah di tempat ini, dan tidak suka dengan apa yang dipaparkan, silakan gugat saya ke pengadilan. Kita bongkar dan buka-bukaan di Pengadilan,” tantang pria yang pernah menjadi sekretaris tokoh Masyumi, Mohammad Natsir ini.
Semua pembicara yang hadir dalam acara tersebut menyepakati agar pemerintah Republik Indonesia bertindak cepat untuk membubarkan kelompok Syiah yang telah membuat keresahan dan mengancam stabilitas keamanan nasional itu.
“Tak ada pilihan lain bagi pemerintah selain membubarkan kelompok yang telah melakukan penodaan terhadap Islam dan penistaan terhadap para sahabat Nabi ini,” tegas ustadz Farid Okbah.
Acara yang juga mendapat dukungan dari ormas-ormas dan media massa Islam ini akhirnya bisa terselenggara. Ratusan massa kaum Muslimin baik laki-laki maupun perempuan antusias mendengarkan orasi dan pemaparan dari para tokoh tentang bukti-bukti kesesatan Syiah.
Menurut Salah satu aktifis Forpija Ilham Manurung, kegiatan Tabligh Akbar ini juga akan diadakan lagi di beberapa kota lainnya. Konsep yang digunakan adalah program road-show agar masyarakat di daerah tahu masalah dari ajaran Syiah. Selain itu, Ilham juga menjelaskan bahwa FORPIJA sudah melahirkan gerakan bersama bernama #IndonesiaDamaiTanpaSyiah.
Gerakan ini sendiri difokuskan untuk mensosialisasikan kesesatan dari kitab-kitab asli rujukan aliran Syiah.
“Jadi nanti akan ada pengajian rutin dari #IndonesiaDamaiTanpaSyiah, kegiatan ini akan membedah kitab-kitab Syiah dan akan dibina langsung oleh Ustad Farid Okbah,” jelasnya lagi.
Kegiatan tersebut akan segera diumumkan oleh #IndonesiaDamaiTanpaSyiah melalui akun resminnya di media sosial Facebook dan Twitter @KontraSyiah.
Selama ini menurut Ilham, Syiah selalu melakukan perekrutan ke anak-anak sekolah dan mahasiswa. Karena itu dengan diadakannya pengajian yang bersifat gratis ini akan bisa memcerahkan banyak anak muda. Pengajian ini sendiri diprioritaskan bagi anak-anak sekolah dan mahasiswa.
Selain Bachtiar Nasir, hadir dalam acara tersebut beberapa tokoh muda dan para ulama yang selama ini dikenal konsen dalam menolak keberadaan Syiah.
Diantaranya, Ustadz Ahmad Farid Okbah (Pimpinan Pesantren Al-Islam, Bekasi), Ustadz Fahmi Salim (Wakil Sekjend MIUMI), Ustadz Adnin Armas (Direktur Eksekutif INSIST), Ustadz Muhammad Al-Khaththath (Sekjend FUI), Ustadz Abu Muhammad Jibriel (Wakil Amir MMI), Ustadz M. Amin Djamaluddin (Ketua LPPI), Habib Zein Al-Kaff (Yayasan Al-Bayyinat), dan Ustadz Muhammad Yunus (Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur dan Sekretaris Gerakan Umat Islam Bersatu Jawa Timur), serta beberapa perwakilan dari laskar-laskar organisasi massa Islam. (bilal/arrahmah.com)