KABUL (Arrahmah.id) – International Crisis Group telah melaporkan bahwa setelah keputusan amir Imarah Islam, penanaman opium (bunga poppy) di Afghanistan telah menurun hingga 95%.
Menurut organisasi ini, masalah ini telah mempengaruhi mata pencaharian 7 juta orang, termasuk wanita dan pekerja berpenghasilan rendah.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa petani telah kehilangan $1,3 miliar dolar atau 8% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2023, lansir Tolo News (12/9/2024).
Laporan International Crisis Group menyebutkan: “Menurut perkiraan PBB, penghentian pertanian opium telah mempengaruhi mata pencaharian hampir tujuh juta orang. Orang-orang ini tidak mungkin menemukan pekerjaan lain dalam ekonomi yang stagnan yang dibebani dengan sanksi. Para petani telah kehilangan sekitar $ 1,3 miliar per tahun, atau 8 persen dari PDB pada 2023.”
“Permintaan saya kepada pemerintah adalah memberi kami sesuatu sebagai imbalan atas penanaman poppy sehingga kami dapat memperkuat ekonomi kami. Apakah itu gandum, jagung, atau kacang hijau, itu tidak meningkatkan ekonomi kami,” kata Noor Mohammad, seorang petani.
“Kami telah berulang kali meminta Imarah Islam Afghanistan untuk memberi kami alternatif selain budidaya poppy, tetapi mereka tidak menanggapi permintaan kami dengan baik,” kata Eid-ul-Mateen, seorang petani lainnya.
Bagian lain dari laporan tersebut menyatakan bahwa strategi anti-narkotika menguntungkan banyak pemain asing dan menciptakan peluang bagi para donor untuk mendukung stabilitas ekonomi Afghanistan dan menciptakan lapangan kerja di sektor non-pertanian.
Negara-negara regional harus mendukung integrasi Afghanistan ke dalam jaringan transportasi dan pengaturan perdagangan untuk keuntungan mereka sendiri dan stabilitas lingkungan mereka.
“Jika komunitas internasional, organisasi internasional, dan Imarah Islam benar-benar ingin menghentikan penanaman poppy dan produksi narkoba di negara kami, mereka harus terlebih dahulu membangun keterlibatan politik dan mengizinkan bantuan internasional untuk mengalir ke negara kami,” kata Ahmad Khan Andar, seorang analis militer.
Sementara itu, Hamdullah Fitrat, wakil juru bicara Imarah Islam, mengatakan bahwa upaya-upaya sedang dilakukan untuk menyediakan tanaman alternatif bagi para petani di negara tersebut.
Fitrat mengatakan: “Minggu lalu, pertemuan pertama telah dilakukan. Diharapkan bahwa setelah kegiatan komisi ini, para petani yang telah terpengaruh oleh larangan penanaman poppy -dan merupakan fakta yang jelas bahwa mayoritas rakyat Afghanistan adalah petani- akan diberikan tanaman alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka.”
Imarah Islam telah berulang kali menyoroti bahwa penanaman narkoba di negara ini hampir mencapai titik nol. (haninmazaya/arrahmah.id)