IDLIB (Arrahmah.com) – Mengutip laporan Foreign Policy (FP) pada Kamis (28/8/2014), telah ditemukan sebuah laptop milik seorang anggota ISIS di rumah yang sempat disergap oleh pejuang rakyat moderat Suriah di Provisi Idlib. Laptop tersebut disinyalir dipenuhi ribuan file “mencengangkan” tentang rencana penggunaan senjata pemusnah massal biologis oleh pasukan ISIS. Konspirasikah ini, agar publik memandang Islam sebagai perencana kejahatan yang keji atau kesengajaan untuk mencitrakan ISIS sebagai organisasi yang modern dan “jenius bio-teknologi terapan”? Mari kita cermati bersama. Ta’awudz wa basmallah.
***
Ketika para pejuang moderat Suriah (versi media barat) sedang menyerang sebuah tempat persembunyian ISIS awal tahun ini, mereka tidak pernah menyangka dapat sejauh itu meringsek ke pertahanan ISIS. Disana, mereka memang tidak menemukan senjata atau amunisi atau uang, kecuali laptop yang sudah berdebu. Laptop itu dipenuhi ribuan file tersembunyi berisi mengandung skema, instruksi pembuatan bom, dan penelitian untuk mengebangkan senjata biologis pemusnah massal rumahan.
Serangan itu terjadi pada bulan Januari di provinsi Idlib, Suriah, dekat perbatasan Turki. Dan awal pekan ini, komandan kelompok pejuang moderat, Abu Ali, menyerahkan komputer kepada wartawan Foreign Policy, Harald Doornbos dan Jenan Moussa untuk melihatnya.
Harta karun itu bernama laptop
Kontan, isi laptop itu berubah menjadi harta karun dunia. Sebab di dalamnya terdapat dokumen berisi daftar siapa saja yang berba’iat untuk organisasi jihad ISIS, juga aneka dokumentasi pelatihan praktis tentang bagaimana melaksanakan kampanye mematikan “Khilafah Al-Baghdadi”.
Menurut Gizmo pada Jum’at (29/8), konten dokumen termasuk video dari Syeikh Osama bin Laden, berupa manual tentang bagaimana membuat bom, instruksi untuk mencuri mobil, dan pelajaran tentang cara menggunakan penyamaran untuk menghindari penangkapan saat bepergian dari satu jihad hot spot ke lokasi yang lain. Apakah ini sebuah kebetulan yang direkayasa? Ini tetap menjadi pertanyaan retorika.
Sementara, setelah waktu bergulir seiring penelusuran dokumen, semakin jelaslah bahwa laptop ISIS itu berisi lebih dari sekadar propaganda dan instruksi manual yang biasa digunakan oleh jihadis. “Dokumen itu juga menunjukkan bahwa pemilik laptop mengajar dirinya sendiri tentang penggunaan persenjataan biologis, dalam persiapan untuk serangan potensial yang akan mengejutkan dunia,” ujar Daveed Gartenstein-Ross, seorang mitra senior pada the Foundation for Defense of Democracies.
Setelah dilakukan cyber forensics, laptop tersebut tampaknya pernah dimiliki mantan mahasiswa jurusan kimia dan biologi yang bernama Muhammad S. Dia terindikasi pernah belajar di Universitas Tunisia sebelum melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung bersama ISIS. Tim forensik mengetahui hal tersebut, sebab si pemilik laptop tidak hanya meninggalkan sekelompok ujian kuliahnya pada hard drive, tapi foto dirinya juga.
Plot “terorisme” yang terlalu ideal untuk direalisasikan
Selain dokumen tersebut di atas, ternyata terdapat file “subhat” lain yang berhasil dikuak para jurnalis barat. Beberapa spekulan mengatakan bahwa itu adalah plot “terorisme” yang terlalu ideal untuk dilakukan. Lagi pula, apakah iya seorang Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam meridhoi perbuatan yang sama sekali melanggar syari’at penyelenggaraan jihad qital? Apakah ini sebuah jalan musuh jihad global untuk menggiring opini publik? Semua usaha itu diwakili dalam beberapa file yang ditemukan setelah dokumen sebelumnya.
File penting itu mencakup fatwa yang ditulis oleh ulama jihad Saudi, Nasir Al-Fahd, sebanyak 26-halaman berisi rasionalisasi bagaimana Nabi akan benar-benar “senang” dengan mereka yang membunuh seluruh Eropa dengan senjata biologis penyebar wabah pes wabah yang dikembangkan oleh Muhammad S. Dia terdeteksi sedang meneliti dan menguji senjata berpotensi sebagai pembunuh massal itu untuk diujicobakan dulu pada hewan dan ternak sebelum diterapkan untuk menginfeksi manusia.
Tentu saja, plot “terorisme” menggunakan senjata pemusnah massal bukanlah hal yang baru. Menurut FP, Al-Qaeda telah mencoba mengembangkan teknologi tersebut selama bertahun-tahun tanpa keberuntungan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Magnus Ranstorp, direktur riset dari Pusat Studi Ancaman Asimetris di Swedia National Defence College mengatakan kepada FP, bahwa untuk mengembangkan program persenjataan biologis sangatlah sulit. Dengan demikian akan mustahil bagi ISIS untuk membuatnya dalam skala amatir, kecuali ada pihak profesional -dengan didukung teknologi laboratorium memadai- yang melakukan untuk ISIS secara terselubung.
Di lain pihak, sebagai “jenius internet” versi Reuters, taktik rekrutmen online ISIS terbukti sangat efektif meski mendapatkan respon negatif dan pesan kebencian, serta intoleransi dari para pengguna media sosial. Sebanyak 2.400 warga Tunisia sendiri dilaporkan telah membanjiri Suriah untuk bergabung ISIS. Namun, berdasarkan data di lapangan, pengikut ISIS disinyalir banyak mengalami kelainan jiwa, seperti mengidap skizophrenia, obsesif kompulsif disorder terhadap perang, dan maniak atas kekejaman fisik. Sungguh fakta yang mencengangkan, melebihi sensasi yang didapat dari isi laptop yang ditemukan. Na’udzubillahi min dzalik.
(adibahasan/arrahmah.com)