(Arrahmah.com) – Aksi Damai 4 November (411) kita awali dengan hati yang tunduk, gemuruh cinta berdebar dalam dada, dan Asma Allah kita dzikirkan dalam hati bersama-sama.
Kita awali 411 dengan sujud bersama pada Shubuh berjama’ah. Kening kita melekat di lantai dasar karena kita sadar. Betapa rendahnya kita di hadapan-Nya.
Dari pagi hingga menjelang Shalat Jum’at, kita bersama-sama itikaf di masjid-masjid sekitar lokasi aksi damai 411.
Kita menunggu kedatangan saudara dari segala penjuru.
Semut Ibrahim berangkat dari markas pukul 9.30 menuju Masjid Istiqlal. 15 orang kami utus untuk membantu menyemut memunguti sampah di sekitar area long march. Kami berangkat diawali dengan doa dan cinta.
Tersisalah 33 orang anggota kami menetap di markas sebagai data center. Mereka menerima laporan keadaan, foto, serta video dari anggota Semut Ibrahim yang turun aksi ke lapangan. Sumber tersebut kami jadikan tulisan di https://semutibrahim.com/.
Pada pukul 11.15 pasukan Semut Ibrahim sampai di daerah long march. Kami mencari masjid terdekat untuk melaksanakan Shalat Jum’ah.
Alhamdulillah kami masih mendapat tempat untuk shalat. Jama’ah Shalat Jum’at begitu banyaknya hingga sampai tumpah ke jalan. Kami membantu menggelar karpet untuk alas shalat saudara-saudara kita di sana.
Khutbah Jum’at dari sang khotib menentramkan hati kami. Beliau memberikan pesan agar aksi long march berjalan dengan damai, tidak ada hate speech.
Sang khotib menasehati kami dan mengingatkan bahwa hari ini kita datang bersama dengan perasaan cinta kasih kepada Allah, kepada Muhammad SAW, kepada Alquran, kepada saudara seiman dan setanah air.
Selepas Shalat Jum’at, Semut Ibrahim membantu membereskan kertas koran yang berserakan untuk shalat dan menggulung karpet.
Shalat Jum’at telah kita tunaikan. Saatnya kami turun aksi! Kami menyemut mengikuti iringan saudara-saudara kami untuk memunguti sampah.
Mungkin sampah sampah yang kami kumpulkan tidak akan mengurangi jumlah keseluruhannya secara signifikan. Tapi inilah cara kami menunjukkan keberpihakan, mengiringi pengunjuk rasa, menjadi tempat sampah berjalan.
Kami, Pasukan Semut Ibrahim, berkoloni untuk melakukan hal hal kecil dan menjadikannya bermanfaat besar.
Kami berulangkali mengucapkan syukur. Sepanjang kami menyemut, Alhamdulillah, keadaan begitu damai. Perjalanan long march berjalan dengan khidmat dan lancar. Kami merasa sebagai ummat yang satu. Ummat Islam. Tidak ada perbedaan di antara kita semua. Kita datang untuk damai, keadilan, dan menyuarakan prinsip kita.
Waktu berjalan dengan lambat. Kami sungguh menikmati kebersamaan bersama saudara-saudara kami. Tak lama kemudian adzan Ashar berkumandang. Para peserta aksi 411 berbondong-bondong ke tempat shalat. Ada pula mereka yang shalat di jalan. Aksi damai yang kami lakukan tidak membuat kami lupa untuk menunaikan kewajiban dan beribadah pada Allah.
Hingga pukul 18.00 kami mengikuti aksi damai. Alhamdulillah semua berjalan dengan rukun, santun, dan damai. Hati kami sangat bahagia. Alhamdulillah. Alhamdulillah… Kami menyaksikan sebagian besar peserta aksi 411 berbondong-bondong pulang.
Kami pun menuju parkiran mobil kami di daerah Jl Sabang, Jakarta, untuk pulang kembali ke rumah semut. Seorang anggota kami masih berada di depan Istana Negara untuk memantau keadaan.
Di tengah perjalanan, tepatnya pada pukul 19.30, kami mendengar berita terjadinya kericuhan di depan Istana Negara. Kami merasa kaget dan kebingungan. Kenapa bisa terjadi kericuhan itu? Selama 8 jam kami bersama di lokasi, semua berjalan damai dan lancar-lancar saja.
Seorang anggota Semut Ibrahim melapor dari lokasi, bahwasanya para peserta aksi tidak melakukan kericuhan. Mereka berdzikir bersama selepas shalat Isya sambil menunggu kedatangan presiden Jokowi yang berjanji menemui kita. Polisi pun menjaga keamanan dengan santun dan baik.
Namun beberapa saat kemudian, massa yang entah dari mana, mereka memprovokasi dan memicu bentrok dengan polisi. Tentu polisi sebagai tenaga keamanan berusaha untuk menjaga keadaan agar kondusif. Gas air mata disemprotkan ke arah provokator itu. Sebagian saudara kami di sana pun terkena dampak gas air mata. Provokator itu lalu melempar benda di sekitar mereka, memukuli pertahanan polisi, dan membakar ban.
Kami, Semut Ibrahim, tidak langsung gegabah mengambil kesimpulan dari kericuhan ini. Tim kami di data center menganalis data yang didapat dari sosial media dan trafik isu di internet. Kami pun menghubungi sumber informasi kunci yang mengetahui fakta dan memahami kejadian di lokasi.
Berdasarkan penelusuran jaringan Semut Ibrahim. Kami yakin. Sungguh yakin bahwa kericuhan ini tidak disebabkan dari pihak peserta aksi damai 411 atau dari Polisi.
Seharian penuh peserta aksi berjalan dengan santun dan damai. Mereka tidak membawa senjata atau benda yang memungkinkan menjadi senjata ke area long march. Kami hanya berbekal prinsip dan suara yang hendak kami sampaikan.
Sedangkan Polisi telah menyiapkan pasukan bernama Asmaul Husna untuk mengamankan keadaan. Sedari pagi pun Polisi bersikap santun dan ramah pada peserta aksi damai 411.
Maka dari itu, Semut Ibrahim berkesimpulan bahwa kericuhan yang terjadi semalam pastinya ulah dari provokator yang tidak menginginkan kedamaian terjadi pada aksi ini dan di Indonesia. Mereka bukanlah kelompok yang terlibat sepanjang hari aksi damai 411.
Provokator itu datang ketika malam, di saat orang-orang sudah lelah. Mereka menyulut api dan mengobarkan emosi. Mengadu domba kita yang sedari pagi sudah saling mencinta. Kita sebagai manusia yang lemah, tak bisa dipungkiri, mungkin juga terbawa keadaan kisruh yang dipicu provokator.
Sungguh Semut Ibrahim sangat bersedih. Tak sedikit anggota kami yang menitikan air mata karena menangis dan merasa sedih mendengarkan berita semalam. Betapa teganya provokator merusak kedamaian dan cinta yang kita bangun bersama.
Semut Ibrahim hanya bisa mengajak dan berharap. Ayo kita saling mencinta dan berpegang pada prinsip damai kita. Semoga kawan-kawan yang kami yakin pasti bercita-cita sama dengan kami, bisa mengajak orang lain untuk berpegangan tangan bersama. Kita ini saudara. Kita saling mencinta! Semoga kita selalu bisa berprasangka baik pada semua orang.
Perasaan damai ini harus kita kawal dan jaga. Tapi kita pun tidak bersikap naif. Dari kejadian ini kita jadi tahu bahwa ada kelompok yang tidak suka jika kita berdamai. Mari kita rangkul mereka untuk merasakan indahnya kedamaian. Ajak mereka untuk bergabung dan saling mencinta dengan kita.
Kejadian ini pun membuat kami tersadar. Semut Ibrahim perlu gigih belajar. Semut Ibrahim perlu menguasai semua bidang ilmu dan keahlian. Tantangan kita di depan untuk menjaga cinta dan perdamaian tidaklah mudah. Semut Ibrahim juga akan terus berusaha mengubah diri kami terlebih dahulu untuk lebih bijak dalam menyikapi masalah.
Semoga cinta kasih selalu meliputi kita semua. Semoga Allah Yang Maha Penyayang dan Pengasih selalu melindungi kita.
Salam Semut Ibrahim..
*Diambil dari page Facebook Semut Ibrahim
(ameera/arrahmah.com)