Penghinaan dan pelecehan tak henti-hentinya menimpa para tahanan Muslim di kamp penjara Guantanamo. Surat kabar Washington Post dalam laporannya menyebutkan, berdasarkan penyelidikan terbaru FBI ada indikasi bahwa para tahanan itu “dibaptis” dan diselimuti dengan bendera Israel, sebagai bentuk penghinaan.
Surat kabar terbitan AS edisi Rabu (3/1) itu juga mengutip sejumlah dokumen yang menjadi bahan gugatan hukum yang saat ini sedang dilakukan oleh lembaga American Civil Liberties Union atas nama para mantan tahanan Guantanamo. Salah satu dokumen itu mengungkap perbuatan seorang interogator AS yang “berkicau” pada seorang agen FBI bahwa ia telah berhasil memaksa seorang tahanan Muslim untuk mendengarkan “musik setan black metal” selama berjam-jam. Setelah itu, interogator tersebut mengenakan jubah yang biasa dikenakan para pendeta Katolik dan melakukan semacam ritual “pembaptisan” pada tahanan tersebut.
Penyelidikan internal yang dilakukan FBI atas tuduhan adanya penyelewengan tindakan di Guantanamo, menemukan 26 kasus tindakan sewenang-wenang terhadap tahanan Muslim. Dalam dokumen itu juga terungkap bahwa para petugas penjara AS sengaja menyelimuti seorang tahanan Muslim dengan bendera Israel selama proses interogasi untuk memancing kemarahan tahanan tersebut. Selain itu, juga terungkap, interogasi dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik yang agresif, termasuk memposisikan tahanan pada kondisi yang ekstrim seperti kondisi dingin atau panas yang berlebihan atau menggunakan sinar yang sangat menyilaukan mata.
Menurut hasil penyelidikan itu, taktik-taktik interogasi semacam itu diizinkan berdasarkan kebijakan tahanan yang ditetapkan Pentagon saat itu.
Para agen FBI juga melaporkan kembali tindakan tidak senonoh para sipir penjara Guantanamo terhadap kitab suci al-Quran. Seorang agen mengungkapkan kasus yang terjadi pada bulan Oktober 2002 di mana seorang kapten marinir AS sengaja menduduki al-Quran ketika sedang menginterogasi seorang tahanan.
Agen FBI lainnya juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa serupa, tapi tidak dijelaskan dalam dokumen itu apakah penghinaan itu terjadi dalam kasus-kasus yang terpisah.
Laporan adanya pelecehan terhadap kitab suci al-Quran di kamp penjara Guantanamo pertama kali mencuat ke permukaan pada tahun 2005 lalu, setelah militer AS melakukan investigasi dan membenarkan ada lima kasus pelecehan terhadap kita suci al-Quran. Terungkapnya kasus ini, memicu aksi protes dan kemarahan umat Islam di seluruh dunia.
Hasil laporan saat itu menyebutkan, tentara dan interogator AS menendang al-Quran, menginjaknya bahkan ada kasus di mana seorang petugas penjara sengaja buang air kecil di atas al-Quran.
Dan dalam laporan terbaru FBI, disebutkan bahwa tindakan-tindakan pelecehan terhadap al-Quran itu adalah taktik yang mereka sebut sebagai “taktik yang orientasinya pada agama.” Seorang agen FBI mengungkapkan, beberapa interogator perempuan sengaja membasahi tangannya dan menyentuh muka para tahanan, agar para tahanan yang sudah bersuci tidak bisa melanjutkan sholatnya lagi.
Beberapa interogator AS juga dilaporkan melakukan tindakan tak berperikemanusiaan pada seorang tahanan berjanggut. Kepala tahanan itu dililit dengan tali panjang karena tahanan itu tidak mau berhenti membaca ayat-ayat suci al-Quran. Seorang kontraktor dari kalangan sipil yang menyaksikan kejadian itu hanya tertawa-tawa.
Penyelidikan Menyeluruh
Laporan terbaru FBI itu menunjukkan, meski kasus-kasus pelecehan dan tindakan sewenang-wenang di kamp penjara Guantanamo sudah banyak terungkap, namun belum ada perbaikan atau perubahan kebijakan yang lebih baik di kamp penjara itu.
Direktur Program Kemanan Nasional American Civil Liberties Union, Jameel Jaffer mendesak dilakukannya penyelidikan yang lebih menyeluruh, bukan hanya kasus per kasus. Penyelidikan harus difokuskan pada akar dan kebijakan yang menyebabkan munculnya kasus-kasus penyelewengan itu.
Jaffer mempertanyakan sejauh mana FBI menindaklanjuti laporan-laporan yang disampaikan agen-agennya, karena otoritas yang berwenang hanya menindaklanjuti sembilan dari 26 kasus yang ada. Benarkah memorandum FBI yang menyatakan bahwa dari semua kasus itu, tidak ada satupun agen FBI atau pejabat Departemen Kehakiman AS yang terlibat, tapi dilakukan oleh para personil dari lembaga pemerintah yang lain dan para kontraktor.
Sementara itu, mengomentari hasil penyelidikan terbaru FBI, Pentagon hanya berkomentar “tidak ada yang baru” dari laporan-laporan tersebut.
Perlakuan sewenang-wenang terhadap para tahanan Muslim di kamp penjara Guantanamo, sudah menuai banyak kecaman. Namun pemerintahan Bush nampaknya tidak berniat untuk memperbaiki diri. Janji Bush untuk menutup kamp penjara itu, tinggal janji kosong karena pemerintah AS malah menambah fasilitas penjara di kamp yang dikenal dengan kekejamannya itu.
Amnesty International menyebut Guantanamo sebagai “simbol penyelewengan dan mewakili sebuah gambaran sistem penjara yang telah mengkhianati nilai-nilai luhur AS serta menodai standar-standar yang berlaku secara internasional.”
Para politisi dunia, termasuk mantan presiden AS Bill Clinton dan Jimmy Carter juga mengecam kekejaman di Guantanamo. Pejabat Menteri Luar Negeri Inggris, Margaret Beckett bahkan mendesak agar kamp penjara Guantanamo ditutup saja. (ln/iol/eramuslim)