DAMASKUS (Arrahmah.com) – Senjata kimia yang digunakan dalam dua insiden di Suriah tahun lalu berasal dari stok senjata militer Suriah, penyelidik PBB untuk hak asasi manusia mengatakan pada hari Rabu, (5/3/2014), dalam sebuah laporan yang merupakan kelanjutan dari temuan sebelumnya, lansir WorldBulletin.
Tim ahli independen, yang dipimpin oleh Brazil Paulo Pinheiro, mengatakan bahwa sejauh ini mereka sudah memastikan penggunaan senjata kimia gas sarin yang digunakan dalam tiga insiden: di pinggiran Damaskus al-Ghouta pada tanggal 21 Agustus, di Khan al-Assal dekat Aleppo pada bulan Maret 2013 dan di Saraqeb dekat kota Idlib utara pada bulan April.
Dua serangan yang pertama mempunyai kesamaaan yang khas, menurut tim yang melibatkan dua puluhan peneliti, termasuk seorang penasihat militer.
“Bukti yang tersedia mengenai sifat, kualitas dan kuantitas dari bahan kimia yang digunakan pada tanggal 21 Agustus menunjukkan bahwa pelaku kemungkinan memiliki akses ke persediaan senjata kimia milik militer Suriah, serta keahlian dan peralatan yang diperlukan untuk memanipulasi jumlah besar yang aman dari zat bahan kimia tersebut,” kata para peneliti PBB dalam laporannya.
“Mengenai insiden di Khan al-Assal pada 19 Maret, bahan kimia yang digunakan dalam serangan tersebut memiliki keunggulan yang unik, yang sama dengan yang digunakan dalam serangan di al-Ghouta,” katanya.
Pinheiro mengatakan bahwa timnya sedang menyelidiki hingga 20 insiden yang kemungkinan adanya penggunaan senjata kimia.
Pinheiro mengatakan bahwa penyelidikan yang mengandalkan temuan dari misi Sellstrom akan terus dilanjutkan.
“Tapi kami telah membuat penyelidikan lain yaitu dengan melakukan wawancara dengan para ahli, dan wawancara dengan pejabat yang terlibat,” kata Pinheiro dalam konferensi pers.
Timnya telah mewawancarai sejumlah jajaran, termasuk dokter, korban, dan wartawan.
“Kami melakukan investigasi sendiri termasuk pakar khusus dan tentu saja kami telah melakukan kontak erat dengan anggota misi Sellstrom,” kata Pinheiro.
“Kami tidak dapat memastikan berapa banyak korban dari serangan senjata kimia tersebut. Apa yang bisa kami katakan adalah bahwa setidaknya ada beberapa ratus orang yang menjadi korban.” (ameera/arrahmah.com)