KABUL (Arrahmah.id) — Laporan PBB menyatakan terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa Afghanistan yang dikuasai Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) dengan cepat berubah menjadi pusat untuk aktivitas kelompok militan al-Qaeda dan Islamic State (ISIS). Pertumbuhan dua kelompok militan meningkat secara jumlah dan kemampuan karena ketidakhadiran kehadiran pasukan Amerika Serikat (AS) atau Barat di sana.
Laporan yang dibagikan PBB ini, seperti dilansir VOA (14/6/2023), dirilis berdasarkan intelijen negara-negara anggota.
Laporan tim pemantau sanksi PBB itu juga memperingatkan bahwa al-Qaeda dan Taliban menjaga hubungan simbiosis. Al-Qaeda memandang Afghanistan yang dikelola IIA sebagai tempat yang aman bagi mereka.
Sebaliknya laporan itu mendapati afiliasi ISIS di Afghanistan, atau lebih dikenal Islamic State Khurasan Provience (ISKP), telah menggunakan ketidakmampuan IIA untuk membangun kendali atas daerah-daerah terpencil, serta ketidakpuasan terhadap aturan IIA untuk keuntungannya.
“Serangan terhadap tokoh-tokoh penting IIA meningkatkan moral ISKP, mencegah pembelotan, dan mendorong perekrutan, termasuk dari dalam jajaran IIA sendiri,” kata laporan PBB itu.
Dalam setiap kasus, menurut laporan PBB tersebut, kelompok-kelompok militan telah secara signifikan meningkatkan jejak mereka.
Al-Qaeda, yang diperkirakan memiliki puluhan anggota di Afghanistan setahun yang lalu, kini diyakini memiliki 30 hingga 60 pejabat senior yang berbasis di Afghanistan, serta 400 pejuang, 1.600 anggota keluarga, dan serangkaian kamp pelatihan baru.
Jumlah anggota ISKP, menurut data PBB, telah berkembang menjadi antara 4.000 hingga 6.000, dengan kubu atau kamp tersebar setidaknya di 13 provinsi dan jaringan sel tidur yang dapat mencapai Kabul dan lebih jauh lagi.
Walaupun laporan PBB tersebut cukup mengkhawatirkan, sejumlah pejabat AS mengatakan kepada VOA bahwa mereka tidak mendapati temuan yang mendukung laporan itu.
“Angka-angka tersebut tidak sejalan dengan analisis yang dilakukan komunitas intelijen kami di sejumlah area,” ujar salah seorang pejabat AS kepada VOA yang berbicara dengan syarat anonim.
Seorang pejabat lainnya bahkan lebih terang-terangan mengatakan bahwa estimasi mengenai kekuatan al-Qaeda dan ISKP dalam laporan tersebut “sangat tidak tepat.” (hanoum/arrahmah.id)