DENHAG (Arrahmah.com) – Pengawas senjata kimia global menemukan bukti bahwa gas klorin digunakan secara sistematis dan berulang-ulang sebagai senjata di bagian utara Suriah, di mana saksi menggambarkan bom barel beracun menghantam desa
mereka dari langit, ujar laporan yang diperoleh Reuters pada Rabu (10/9/2014).
AS dan Inggris menyalahkan rezim Assad dalam penggunaan senjata kimia tersebut.
“Oposisi moderat tidak memiliki kemampuan udara yang bisa melakukan hal ini,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf. “Hal ini menunjukkan kesimpulan bahwa rezim Assad bertanggung jawab atas serangan. Mereka adalah orang-orang
dengan kemampuan helikopter seperti ini,” lanjutnya.
Organisasi yang berbasis di Denhag, Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengatakan tim pencari fakta telah menyimpulkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa klorin, baik murni atau dalam campuran, adalah bahan kimia beracun yang terkait dengan puluhan serangan.
Laporan yang salinannya diperoleh Reuters menjelaskan kesaksian para saksi bagaimana ratusan orang terluka dan banyak dari mereka yang terbunuh oleh gas klorin. Serangan sering terjadi di malam hari.
Hal ini ditunjang oleh ratusan video dari Suriah yang memperlihatkan perangkat jatuh dari helikopter yang hanya dimiliki oleh pasukan rezim Syi’ah pimpinan Assad. Para pejuang Suriah menggunakan roket dan rudal namun tidak ada kasus yang pernah dilaporkan mereka menjatuhkan amunisi dari udara atau mengomandoi helikopter.
Sebuah laporan juga mendukung klaim bahwa rezim Syi’ah Nushariyah terus menggunakan senjata kimia di Suriah setelah “setuju” untuk menyerahkan seluruh program senjata kimia.
Klorin digunakan dalam serangan terhadap desa-desa Talmanes, Al Tamanah dan Kafr Zeta, semuanya terletak di utara Suriah, ujar laporan OPCW.
Jika terhirup, gas tersebut akan berubah menjadi asam klorida di paru-paru yang menyebabkan pembakaran internal.
Serangan paling sering terjadi di Kafr Zeta, di mana saksi menggambarkan 17 serangan klorin, salah satunya pada 28 Agustus dengan puluhan korban.
“Dalam menggambarkan insiden yang melibatkan pelepasan bahan kimia beracun, saksi selalu menghubungkan perangkat ke helikopter yang terbang di atas lokasi kejadian,” ujar laporan.
Terdapat lebih dari 150 korban dan delapan yang paling terkena dampak parah, sebagian besar perempuan dan anak-anak, mereka meninggal karena paparan dosis mematikan dari bahan kimia beracun.
Assad setuju untuk menyerahkan 1.300 ton senjata kimia dan menghancurkan fasilitas produksi dan penyimpanannya pada tahun lalu di bawah kesepakatan yang akhirnya membatalkan serangan militer AS.
Namun fakta di lapangan menyatakan bahwa rezim Syi’ah Nushairiyah pimpinan Assad masih menggunakan senjata kimia meskipun telah terjadi kesepakatan tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)