TEL AVIV (Arrahmah.com) – Lebih dari 50 mantan tentara “Israel” telah menolak untuk bertugas di pasukan cadangan nasional, menyatakan penyesalan atas terlibatnya mereka dalam militer yang memainkan peran sentral dalam menindas Palestina, lapor
Washington Post pada Rabu (23/7/2014).
“Kami menemukan bahwa pasukan yang beroperasi di wilayah-wilayah pendudukan adalah bukan satu-satunya yang menegakkan mekanisme kontrol atas kehidupan Palestina. Sebenarnya, seluruh militer terlibat. Oleh karena itu, kami sekarang menolak untuk berpartisipasi dalam tugas-tugas cadangan dan kami mendukung semua orang yang menolak dipanggil untuk bertugas,” tulis para prajurit dalam sebuah petisi yang diposting online dan diterbitkan pertama kali oleh Washington Post.
Sementara itu beberapa orang “Israel” telah menolak untuk melayani di wilayah Palestina di Tepi Barat.
“Banyak dari kami bertugas untuk dukungan logistik dan birokrasi, di sana, kami menemukan bahwa seluruh militer membantu melaksanakan penindasan rakyat Palestina,” ungkap mereka.
Komentar mereka datang saat konflik di Gaza terus meningkat. Awal bulan ini, “Israel” mengatakan pihaknya telah mengerahkan lebih banyak tentara cadangan untuk mengantisipasi peningkatan pertempuran.
Dalam petisi, para prajurit menyatakan struktur militer dan peran mendasar dalam masyarakat “Israel” sebagai alasan untuk ketidakmampuan mereka memisahkan bentuk layanan dari pertempuran.
“Militer memainkan peran sentral dalam setiap rencana aksi dan usulan dibahas dalam perbincangan nasional, yang menjelaskan tidak adanya argumen nyata tentang solusi non-militer untuk konflik ‘Israel’,” tulis para prajurit.
“Bagi kami, operasi militer saat ini dan cara militerisasi yang mempengaruhi masyarakat ‘Israel’ tidak bisa dipisahkan.” (haninmazaya/arrahmah.com)