IDLIB (Arrahmah.com) – Rezim Nushairiyah Suriah telah berkuasa di Suriah sejak lebih dari 40 tahun lalu. Militernya mendapat dukungan kuat dari negara adidaya komunis Rusia, komunis China dan Syiah Imamiyah Iran. Tidak heran apabila kekuatan militernya termasuk salah satu yang terkuat di kawasan Timur Tengah, setelah Israel.
Bombardir pesawat tempur dan helikopter tempur rezim Suriah sangat mematikan. Puluhan ribu warga sipil muslim yang tak berdosa gugur saat bom cluster dan bom-bom jenis lainnya yang berbobot ratusan kilogram hingga beberapa ton menghantam perumahan, masjid, sekolah, rumah sakit, pasar, pabrik dan sarana-sarana umum lainnya.
Tank-tank dan meriam artileri rezim Nushairiyah Suriah tidak kalah ganasnya. Ribuan mortar setiap harinya mereka tembakkan ke wilayah-wilayah muslim yang mendukung mujahidin Islam dan Mujahidin FSA. Ribuan warga sipil muslim yang tak berdosa gugur terkena pecahan mortar atau tertimpa reruntuhan bangunan yang dihantam mortir.
Menghadapi situasi pertempuran yang sangat tidak seimbang tersebut, mujahidin Islam dan FSA bekerja keras untuk merakit senjata-senjata sederhana namun efektif. Wartawan stasiun TV Al-Jazera, Adham Abul Hussam, berkesempatan meliput langsung dari lapangan proses pembuatan senjata rakitan produk lokal mujahidin Islam dan FSA di propinsi pinggiran Idlib.
Di propinsi tersebut, mujahidin Islam dan mujahidin FSA membuat mortar-mortir dan roket-roket rakitan untuk menghalau tank-tank dan pesawat tempur rezim Suriah. Dengan peralatan seadanya, para perajin dan teknisi mempergunakan bengkel-bengkel yang ada untuk mensuplai senjata rakitan bagi mujahidin Islam dan FSA.
Para perajin dan teknisi juga mengumpulkan sejumlah mortar dan bom yang ditembakkan oleh militer rezim Suriah namun tidak meledak. Sejumlah mortir dan bom itu didaur ulang, selain dijadikan contoh bagi pembuatan mortir dan bom baru.
“Produksi kita per harinya mencapai 40 sampai 50 mortir,” kata Abu Qais, salah seorang komandan mujahidin Brigade FSA.
(muhib almajdi/arrahmah.com)