KAIRO (Arrahmah.id) – Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi diam-diam merencanakan pada Februari untuk memproduksi roket untuk Rusia di tengah invasinya ke Ukraina, menurut dokumen AS yang bocor.
Sisi bermaksud untuk memproduksi 40.000 roket untuk negara yang mendapat sanksi berat dan menginstruksikan para pejabat untuk merahasiakannya untuk “menghindari masalah dengan Barat”, kata Washington Post dalam dokumen intelijen AS yang bocor.
Mesir adalah salah satu sekutu terdekat AS di Timur Tengah, dan menerima lebih dari $1 miliar per tahun bantuan keamanan dari Amerika Serikat, meskipun Sisi telah dituduh oleh kelompok hak asasi global dan nasional turut bertanggungjawab atas pelanggaran hak asasi manusia terburuk di Mesir dalam beberapa dekade.
Kairo bagaimanapun menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam krisis Ukraina-Rusia.
“Posisi Mesir sejak awal didasarkan pada tidak terlibat dalam krisis ini dan berkomitmen untuk menjaga jarak yang sama dengan kedua belah pihak,” kata juru bicara kementerian luar negeri Ahmed Abu Zeid sebagaimana dikutip Washington Post.
“Kami terus mendesak kedua belah pihak untuk menghentikan permusuhan dan mencapai solusi politik melalui negosiasi,” tambahnya.
Seorang pejabat pemerintah AS juga mengatakan kepada surat kabar itu bahwa mereka tidak mengetahui pelaksanaan dugaan rencana Mesir, dengan menyatakan ‘kami belum melihat inisiatif produksi “terjadi”’.
Hal ini terjadi selama 13 bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina, karena kedua belah pihak berusaha untuk memasok peralatan militer mereka.
Dokumen-dokumen rahasia yang muncul secara online, dengan perincian termasuk pertahanan udara Ukraina, membuat para pejabat AS berebut untuk mengidentifikasi sumber kebocoran, dengan beberapa ahli mengatakan itu bisa jadi orang Amerika.
Para pejabat AS mengatakan penyelidikan tersebut masih dalam tahap awal dan mereka yang menjalankannya tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa unsur-unsur pro-Rusia berada di balik kebocoran tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)