CANBERRA (Arrahmah.com) – Lima belas warga Australia termasuk dua orang pemuda yang melancarkan operasi syahid, diyakini telah gugur dalam pertempuran di Suriah dan Irak, ujar kepala intelijen David Irvine pada Rabu (27/8/2014), dan memperingatkan bahwa spionase dan ancaman intervensi asing meningkat.
Canberra telah menyatakan bahwa sekitar 60 warga Australia telah bergabung dengan kelompok Jihad di luar negeri.
Irvine mengatakan Organisasi Keamanan Intelijen Australia (ASIO) yakin bahwa jumlah tersebut menjadi “ancaman keamanan potensial”.
“ASIO percaya terdapat sekitar 60 atau lebih warga Australia yang berperang bersama kelompok ‘ekstrimis’ utama, Jabhah Nushrah dan Daulah Islam Irak dan Syam,” klaim Irvine seperti dilaporkan Al Arabiya.
“Kami percaya 15 warga Australia telah tewas dalam konflik saat ini, termasuk dua pembom ‘bunuh diri’,” lanjutnya mengklaim.
Pernyataan Irvine menambahkan bahwa 100 orang lainnya di Australia aktif mendukung kelompok Mujahidin dengan merekrut pejuang baru dan menyediakan dana dan peralatan.
Ketakutan, Australia telah meningkatkan upaya untuk melawan apa yang mereka sebut dengan “terorisme” termasuk peningkatan pengeluaran untuk keamanan dan intelijen dan memperkuat undang-undang “teror”.
Irvine kembali mengungkapkan bahwa badan-badan intelijen khawatir tentang “bahaya” yang ditimbulkan ketika para pemuda ini kembali ke Australia.
Dia juga memperingatkan bahwa ancaman spionase dan campur tangan asing telah meningkat di Australia.
“Saya dapat mengatakan bahwa kami melihat tumbuhnya spionase dan campur tangan asing terhadap Australia, baik melalui cyber dan metode yang lebih tradisional,” klaimnya. (haninmazaya/arrahmah.com)