SALMA (Arrahmah.com) – Ahad (14/4/2013) Pagi ini dokter Romi datang ke ruangan Kami dan memberitahu bahwa sebentar lagi Kami akan berjalan melihat beberapa ‘kenangan’ selama serangan tentara Bashar ke kawasan Salma, Jabal Akrod. Bagi Kami, kabar dari dr. Romi yang akan mengajak kami bepergian di pagi hari adalah hal yang tidak biasa, mengingat hampir selama kami di sini tidak pernah melakukan rihlah di pagi hari. Pagi hari bagi warga Salma adalah waktu ‘istirahat’ di mana hampir seluruh warga Salma lebih memilih tinggal di rumah daripada keluar, mengingat suhu udara pagi disini dapat membuat tubuh menggigil karena dingin. Dan pagi ini dr. Romi mengajak kami keluar.
Pukul 09.00 pagi Kami pun keluar dari ruangan dan masing-masing sudah siap dengan pakaian dinginnya. Warga asing seperti Kami yang terbiasa dengan panasnya mentari benar-benar sangat asing dengan cuaca belasan derajat celcius seperti disini, maka untuk ‘menyelamatkan’ diri setiap Kami harus menggunakan pakaian dingin berlapis. Kami pun berjalan keluar gedung Rumah Sakit Lapangan (RSL) Salma dan baru menyadari bahwa jalan-jalan tertutup dengan kabut. Untuk perjalanan kali ini cuaca berkabut seperti ini sangat menguntungkan, seperti yang dituturkan dr Romi kepada Kami.
Sambil berkendara, dr. Romi memberitahukan bahwa perjalanan kali ini Kami akan melihat buah kejahatan bashar dan tentaranya terhadap Islam dan umat Islam. Kami akan menyaksikan sebuah masjid yang dihancurkan oleh tentara rezim bashar asad. Masjid itu adalah masjid pertama yang dibangun di wilayah Salma, Jabal Akrod pada tahun 1865M, dibangun dari tanah wakaf seorang tokoh agama setempat bernama Syaikh Muhammad bin Ahmad Musa.
Masjid yang penuh dengan sejarah ini berhadapan langsung dengan misil tentara rezim, inilah alasan mengapa dr. Romi mengajak Kami untuk melihat tragedi yang menimpa rumah Allah ini. Dengan cuaca berkabut maka otomatis menghalangi pandangan tentara rezim untuk memantau apa yang ada dihadapannya. Tidak ada yang dapat Kami ucapkan kecuali Hasbunallaahu Wani’mal Wakiil, atas apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah rezim Bashar Asad ini terhadap masjid Allah.
Sungguh sebuah kezhaliman yang besar telah dipertontonkan oleh rezim ini kepada dunia, betapa beraninya mereka berbuat kemungkaran besar kepada Allah ta’ala, tidak dapat membayangkan apa kelak yang akan ditimpakan Allah terhadap manusia durhaka seperti ini, teringat akan firman Allah Ta’ala;
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang melarang didalam masjid-masjid Allah untuk berdzikir kepada-Nya dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut kepada Allah. Mereka mendapat kehinaan didunia dan di akhirat mereka akan mendapat azab yang besar.” (QS. Al Baqoroh: 114)
Ayat ini turun berkenaan dengan kisah Tireis bin Aspecpanos Arrumi dan pasukannya, hal ini disebabkan karena mereka memerangi bani Israil, membunuh setiap yang melawannya dan menghinakan keturunannya. Mereka membakar Taurat dan merusak Baitul Maqdis, membuang bangkai didalamnya dan menyembelih babi. Dan perilaku merusak ini terus mereka lakukan sampai datang umat Islam membebaskannya dan kembali membangunnya pada masa shahabat Umar bin Khattab radiyallaahu ‘anhu.
Kisah diatas nampaknya terulang pada masa kini, karena sejarah akan selalu terulang hanyah tokoh dan ikonnya saja yang berbeda. Saat ini di Suriah, Kami Tim Relawan ke-6 HASI menyaksikan betapa zalim dan jahatnya pemerintah rezim syiah Nushairiyyah terhadap umat Islam. Saat tentara rezim ini memasuki wilayah umat islam mereka akan membunuh semua yang ada didalamnya, tidak terkecuali apakah anak-anak, wanita maupun orangtua. Juga melakukan pengrusakan terhadap sumber daya alam seperti hutan dan ladang. Mereka membakarnya dan memotongnya dengan tanpa aturan. Tidak hanya itu bahkan tempat ibadah seperti masjid pun tidak luput dari tangan kotornya.
Tidak hanya satu
Apa yang dilakukan pemerintah rezim Bashar terhadap rumah-rumah Allah tidak hanya terjadi di wilayah Salma bahkan di beberapa wilayah lainnya, ternyata masjid menjadi salah-satu target operasi para tentara rezim. Hal ini Nampak dari beberapa masjid yang kami datangi, semua mengalami ‘nasib’ serupa. Kehancuran karena sebab bom dan birmil, lubang disetiap dinding dan pecahan kaca yang betebaran memenuhi lantai masjid disebabkan misil yang menghantam masjid, menjadi pemandangan yang ‘biasa’.
Salah satunya adalah Masjid Jami’ ini, ia adalah masjid besar yang indah di mana umat Islam mengadakan shalat berjamaah di dalamnya, diadakan shalat Jumat setiap pekannya, kajian diniyyah setiap harinya dimana anak-anak datang untuk mengaji didalamnya. Harus hancur dan ditinggalkan oleh jamaahnya, hanya keindahan arsitekturnya sajalah yang masih nampak dimasjid yang terletak disamping danau ini. Tentara rezim merusaknya dan menghantamnya dengan sebuah birmil yang Allah takdirkan jatuh didepannya dan tidak langsung mengenai tengah ruangan, lalu kembali mereka mengirimkan misilnya agar rumah Allah ini runtuh sehingga tidak ada lagi umat islam yang berani mendatanginya.
Menghalangi manusia dari ibadah kepada Allah adalah perkara yang dilakukan pemerintah rezim ini kepada rakyatnya. Mereka melarang para pemuda untuk menghadiri shalat berjamaah, sehingga yang tersisa hanyalah pria-pria tua yang berusia enam puluhan. Rezim ini juga bahkan melarang tentaranya untuk shalat yang jika diketahui oleh pemerintah, maka tentara tersebut akan mendapatkan sanksi berupa denda ataupun penjara.
Semoga Allah memberikan kemenangan bagi para pejuang untuk dapat kembali menegakkan syariat-Nya dibumi yang diberkahi. Aamiin.
Oleh: Abu Abdillaah – Tim Relawan ke-6 HASI untuk Suriah
(siraaj/arrahmah.com)