XINJIANG (Arrahmah.com) – Pemerintah Cina secara sistematis mengambil langkah-langkah yang secara tajam dapat mengurangi pertumbuhan populasi Muslim Uighur dan minoritas lainnya yang berada di Xinjiang.
Hal tersebut diungkapkan dalam sebuah laporan baru yang dirilis oleh seorang peneliti asal Jerman. Dalam laporan tersebut, Adrian Zenz mengungkapkan bahwa kebijakan “optimasi populasi” yang dikampanyekan pemerintah Cina di wilayah Xinjiang merupakan pengendalian kelahiran yang mengakibatkan penurunan besar jumlah kelahiran penduduk Uighur.
Data resmi Tiongkok yang disajikan dalam laporan setebal 28 halaman berjudul: “Akhiri Dominasi Kelompok Etnis Uighur: Analisis Strategi Pengoptimalan Populasi Beijing di Xinjiang Selatan”, menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di Xinjiang selatan telah turun sebanyak 48,7 persen antara tahun 2017 hingga 2019, tulis Zenz yang merupakan peneliti independen dari Victims of Communism Memorial Foundation yang berbasis di Washington.
Laporan Zenz tersebut muncul saat negara-negara Barat dan kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia menyerukan agar dilakukannya penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah Cina di Xinjiang, seperti kamp interniran, kerja paksa, serta paksaan untuk mengendalikan angka kelahiran. Di mana penelitian tersebut akan menentukan apakah kebijakan tersebut merupakan bentuk genosida atau tidak.
Dilansir RFA pada Jumat (18/6/2021), pihak berwenang Cina dengan marah membantah telah melakukan kekejaman atau genosida di Xinjiang.
Laporan peer-review tersebut mencakup hasil penlitian oleh pejabat dan akademisi Cina yang menunjukkan bahwa kebijakan di Xinjiang, seperti sterilisasi massal terhadap perempuan Uighur dengan alasan bahwa jumlah dan pertumbuhan cepat populasi Uighur merupakan ancaman keamanan nasional yang harus diatasi.
Berdasarkan data kelahiran resmi, proyeksi demografi dan rasio etnis yang diusulkan oleh akedemisi dan pejabat Tiongkok, Zenz memprediksi bahwa kebijakan tersebut akan mengakibatkan peningkatan populasi Han di Xinjiang menjadi 25 persen, di mana saat ini jumlah populasi Han di Xinjiang hanya ada 8,4 persen.
Sebelumnya, Zenz telah menerbitkan laporan mengenai aborsi di Xinjiang, kerja paksa, dan kamp interniran yang diperkirakan telah menahan lebih dari 1 juta Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya yang ada di Xinjiang.
Hasil penelitiannya tersebut telah dikutip sebagai bukti bahwa Muslim Uighur sedang dihancurkan hak-haknya sebagai seorang manusia oleh mereka yang membuat kasus genosida di bawah kerangka hukum PBB.
Zenz dan peneliti lainnya mencatat bahwa Konvensi 1948 tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida mencantumkan pencegahan kelahiran yang menargetkan kelompok etnis tertentu sebagai tindakan yang dapat memenuhi syarat sebagai genosida. (rafa/arrahmah.com)