DAMASKUS (Arrahmah.com) – Pasukan rezim Nushairiyah menggunakan kelaparan para pengungsi sebagai senjata perang, dalam pengepungan atas kamp Yarmouk di pinggiran Damaskus, ujar laporan kelompok hak asasi manusia internasional, Amnesti Internasional.
Dalam laporan tentang penderitaan warga sipil Palestina dan Suriah di Yarmouk, Amnesti mengatakan hampir 200 orang gugur sejak pengepungan diperketat oleh tentara rezim pada Juli 2013 dan akses untuk makanan dan obat-obatan dipotong, lansir Gulf Today.
Laporan yang dirilis pada Senin (10/3/2014) mengatakan bahwa rezim Damaskus melakukan kejahatan perang. “Pemerintah Suriah telah melakukan berbagai kejahatan perang sebagai bagian dari pengepungan Yarmouk,” ujar laporan Amnesti.
“Ratusan warga sipil Yarmouk telah tewas, terluka atau meninggal akibat kelaparan yang disengaja dan perusakan sarana yang mendukung mereka, serangan langsung terhadap penduduk sipil dan serangan membabi buta.”
Dokumen yang berjudul “Meremas kehidupan Yarmouk : Kejahatan perang terhadap warga sipil yang terkepung” mengatakan 128 kematian disebabkan oleh kelaparan.
Yarmouk merupakan rumah bagi ratusan ribu pengungsi Palestina dan warga Suriah, salah satu dari beberapa distrik di pinggiran ibukota yang dikepung oleh pasukan rezim.
Pertempuran telah mendorong eksodus puluhan ribu warga Yarmouk. Namun sekitar 20.000 masih terjebak di dalam kamp, menghadapi kehidupan yang sulit dan kelaparan.
Amnesti juga mengatakan bahwa pasukan rezim berulang kali dengan sengaja melancarkan serangan termasuk serangan udara dan penembakan dengan senjata berat di kamp tersebut.
“Peluncuran serangan membabi buta terhadap daerah sipil yang menyebabkan kematian dan cidera adalah kejahatan perang,” katanya. (haninmazaya/arrahmah.com)