BANIAS (Arrahmah.com) – Di lembah yang dalam di dekat desa Kaeb Ammar dekat kota pesisir Banias, sebuah pangkalan militer yang menjadi benteng Rusia dibangun tahun lalu, ujar aktivis Suriah mengatakan kepada Zaman Alwasl saat aktivis lokal melaporkan mengenai penyebaran pasukan dan senjata Rusia secara intens di basis tersebut.
Aktivis lokal, Moataz Shaklab menulis di halaman Facebook-nya bahwa anggota intelijen rezim Nushairiyah Suriah dan hambatan yang dibangun di sekitar lembah, mencegah warga Suriah untuk pergi ke lembah tersebut, namun warga di wilayah itu mengatakan bahwa mereka tahu keberadaan pangkalan Rusia di dalam lembah dan melihat mobil besar membawa senjata ke pangkalan selama tiga hari berturut-turut.
Seorang mantan tentara di Pusat Riset Ilmiah mengungkapkan beberapa rincian mengenai basis militer rahasia itu, karena ia menghabiskan waktu selama 3 bulan di dalam basis untuk pelatihan di masa lalu.
Ayman Al-Thakil menyebutkan bahwa pangkalan militer terletak di dekat kota Banias di daerah yang dikenal dengan lembah dan pegunungan, dekat dengan desa kecil yang disebut Koeeb atau Kaeb Ammar.
Al-Thakil menyebutkan bahwa basis militer tersebut dipenuhi oleh anggota dari Rusia dan Korea Utara dan para petugas Suriah dan mereka benar-benar diperintahkan untuk tidak menghubungi atau meminta apa pun
kepada petugas di tengah keamanan yang ketat di sana, lansir Zaman Alwasl pada Ahad (20/9/2015).
Selama periode yang ia habiskan di basis tersebut pada tahun 1999, Al-Thakil mengatakan bahwa truk besar sering datang ke dalam basis militer membawa peralatan dan mesin-mesin yang ditutupi dengan kayu, dan pekerjaan mereka adalah untuk mengangkat kayu-kayu tersebut sementara petugas Rusia dan Korea Utara memindahkan peralatan ke truk lain dan menutupinya dengan selimut. Kegiatan tersebut dijaga ketat oleh pasukan keamanan dan intelijen Angkatan Udara.
Karena mereka sedang menjalankan wajib militer, mereka tidak menyadari apa yang sedang terjadi dan mereka tdak berani menanyakan apapun karena takut ditangkap dan dipenjara.
Mantan tentara itu menyebutkan bahwa intelijen saat itu menyebarkan rumor mengenai penangkapan beberapa tentara karena mereka bertanya mengenai beberapa hal. Rumor tersebut digunakan sebagai metode mengancam untuk mencegah para tentara dari mencari informasi atau berbicara mengenai hal tersebut.
Ia menambahkan bahwa setelah menyelesaikan pelatihan di basis militer itu, ia dipaksa untuk menandatangani dokumen dan memberikan sidik jari. Dia diwajibkan untuk tinggal di dalam negeri dan tidak bepergian ke luar negeri selama minimal lima tahun dan tidak mengungkapkan tempat di mana ia menjalankan pelatihan militer selama setidaknya 15 tahun, langkah-langkah yang diambil sebagai pencegahan oleh intelijen rezim untuk semua yang pernah berada di basis militer itu.
Dalam beberapa pekan terakhir, media-media internasional melaporkan bahwa Rusia mengirimkan persenjataan dan personil ke Suriah. Hal ini diakui oleh Rusia yang mengatakan bahwa gerakan tersebut dilakukan karena terdapat perjanjian dan kesepakatan antara Suriah dan Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)