JAKARTA (Arrahmah.com) – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) kemarin (15/12) menjelaskan secara ilmiah fenomena Badai Matahari yang diperkirakan terjadi pada 2013. Penjelasan ilmiah ini terkait ‘kiamat’ yang sebelumnya diprediksi pada 2012.
Suku Maya sebagai biang yang meramalkan dunia akan kiamat pada akhir 2012 menjaadi perbincangan di masyarakat apalagi setelah kemunculan film berjudul 2012.
Seperti diketahui, badai Matahari atau ‘kiamat’ yang sebelumnya diprediksi jatuh pada 2012 itu mampu merusak sistem teknologi tinggi. Sistem yang dapat dirusak oleh ‘kiamat’ itu seperti satelit, GPS, dan komunikasi jarak jauh.
Dengan alasan itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) tergugah untuk menanggapi isu kiamat yang membuat gelisah masyarakat. Apalagi, setelah Lapan memprediksi akan adanya fenomena badai matahari pada 2012, yang kemudian diperkirakan bergeser pada 2013.
Menurut penjelasan juru bicara Lapan, Elly Kuntjahyowati, badai Matahari itu mampu merusak sistem teknologi tinggi. Sistem yang dapat dirusak oleh ‘kiamat’ itu seperti satelit, GPS, dan komunikasi jarak jauh. Namun, badai tidak sampai merusak kehidupan di bumi,”ungkap Elly
Lapan selama ini terus melakukan penelitian di bidang matahari. Seluruh penelitian Lapan mengenai matahari berguna untuk mengantisipasi terjadinya gangguan saat badai matahari.
Informasi hasil penelitian itu akan menjadi referensi para pelaku teknologi untuk menghadapi badai. Dengan demikian, kerugian terhadap kerusakan alat-alat teknologi tinggi dapat dicegah.
“Kiamat” yang Tidak Memusnahkan Bumi
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memastikan badai matahari yang diyakini suku Maya terjadi pada 2012 tidak akan memusnahkan kehidupan bumi. Keyakinan itu berdasarkan pengamatan terhadap matahari dan antariksa sejak 1973 lalu.
“Badai matahari itu fenomena antariksa yang lazim. Jadi kalau lihat siklus matahari, pada 2012 diperkirakan puncak aktivitas matahari. Pada puncak aktivitas ini akan terjadi badai matahari,” kata Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lapan, Clara Yono Yatini di sela sosialisasi Fenomena 2012 di kantor Lapan, Jakarta,
Badai matahari diyakini suku Maya sebagai akhir dari kehidupan manusia. Lalu bagaimana badai matahari bisa terjadi. Clara menjelaskan, badai matahari terjadi akibat ledakan sunspot.
Dari penelitian, statistik jumlah sunspot matahari pada 2012 akan meningkat. Jika jumlah sunspot ini bertambah maka akan terjadi ledakan-ledakan. Ada dua jenis ledakan di matahari yakni flare dan corona.
Ledakan flare yang bentuknya seperti lidah api memiliki aliran-aliran yang mengandung partikel elektron dan ion. Partikel ini mengandung medan magnet.
Sedangkan ledakan corona, selain membawa partikel elektron dan ion juga membawa partikel lainnya yang disebut partikel energetik. Ledakan ini menyebabkan lepasnya partikel-partikel yang disebut mata corona dan terjadilah aliran-aliran flare. Partikel dalam ledakan corona juga mengandung medan magnet.
Menurut Clara, peneliti-peneliti dunia setuju pada 2012 akan menjadi puncak badai matahari. “Sekarang ini kita sebetulnya sudah memasuki siklus matahari ke-24,” kata Clara. Siklus matahari sudah tercatat sejak 1.700. Meski sudah memasuki siklus, ia memastikan selama 2009 kondisi matahari masih tenang.
“Hanya ada bintik-bintik kecil di matahari dan tidak berpotensi menimbulkan ledakan,” kata dia. Melihat kondisi matahari yang tenang seperti saat ini, Lapan menyimpulkan badai bisa saja bergeser.
“Bukan 2012 melainkan 2013. Tapi sekali lagi badai itu tidak akan menghancurkan kehidupan bumi. Badai itu hanya menganggu sistem operasional teknologi tinggi, seperti satelit, sistem navigasi dan medan magnet yang berkaitan dengan listrik,” kata clara.
Aktivitas cahaya matahari, yang berpotensi badai, dan disinyalir dapat mengakibatkan rusaknya perangkat listrik, elektronik, jaringan ponsel serta perangkat penunjuk arah (GPS), pernah menerjang bumi sebanyak dua kali.
Pernah Terjadi Tahun 1859 dan 1989
Badai matahari yang tercatat di Wikipedia terjadi pertama kali melanda bumi pada 1 September 1859. Namun, kala itu tak terlalu berdampak karena kehidupan di masa itu belum ditopang listrik.
Baru pada kejadian kedua terjadi di Quebec pada 13 maret 1989 dimana 6 juta orang hidup tanpa listrik selama 9 jam. Padahal puncak ledakan solar storm jika mengenai bumi bisa mencapai lebih dari 2 hari.
“Solar storm ini akan mempengaruhi beberapa menara di beberapa wilayah. Dan menara telekomunikasi merupakan sasaran empuk dari aktivitas solar storm ini,” ujar Dale Gary, ilmuwan yang juga petinggi di Institut New Jersey bagian Fisika.
Meski diprediksi sejumlah ilmuwan bahwa siklus badai matahari atau yang disebut solar strom merupakan siklus biasa yang terjadi setiap 11 tahun. Namun, itu tidak menjamin. Bahkan siklus itu diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2012-2013.
Berdasar prediksi tersebut, sejumlah badan antariksa telah berupaya menyiapkan sejumlah strategi menghadapi badai matahari. Strategi untuk mengantisipasi hilangnya daya listrik, satelit, dan frekuensi radio yang menopang kehidupan masyarakat modern masa kini.
Bahkan, ilmuwan Amerika baru-baru ini memperingatkan bahwa pada tahun 2012 bumi akan mengalami badai matahari dahsyat (Solar Blast), daya rusakanya akan jauh lebih besar dari badai angin “Katrina”, dan hampir semua manusia di bumi tidak akan dapat melepaskan diri dari dampak bencananya. (voa-islam/arrahmah.com)