BANDUNG (Arrahmah.com) – Tim peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Anatariksa Nasional (LAPAN), memprediksikan pengamatan rukyatul hilal penghitungan awal Ramadhan 1431 Hijrriah, yang akan dilakukan beberapa ormas islam, pakar astronomi dan kementerian Agama pada 10 Agustus mendatang, kemungkinan tidak akan berhasil karena pada saat itu kondisi cuaca cenderung basah.
“Kami memperkirakan, pengamatan terhadap hilal akan terganggu oleh perubahan cuaca, artinya akan ada banyak hujan dan awan sehingga hilal tidak akan terlihat,”ungkap Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika LAPAN, Thomas Djamaludin, di Bandung, Jumat (6/8/2010).
Thomas memaparkan secara teknis, jika rukyat dilihat pada optmimum konjungsi 2 – 3 derajat, praktis tidak akan terlihat karena konjungsi matahari dalam posisi tersebut terlalu rendah untuk diamati.
Di Jabar, durasi pengamatan pun cenderung pendek, yaitu sekitar 4 menit antara pukul 17 45-17 49.
“Itu pun jika kondisi cuaca mendukung, tapijika melihat prediksi ke sebulan ini, cuaca rata-rata di Indonesia memang sedang mengalami kemarau basah, jadi potensi curah hujan dan awan sangat tinggi hingga pertengahan agustus,” tambah Thomas.
Jika tetap pada acuan rukyatul hilal,paparnya, kemungkinan dapat mengambil hilal Syar’i atau penetapan berdasarkan kesepakat bersama, karena secara fenomena alam tidak terdeteksi.
namun demikian, sambung dia, hasil amatan para ahli astronomi dan ormas islam, pada akhirnya akan ditentukan di sidang Istbat 10 Agustus secara resmi dari Kementerian Agama.
“Perbedaan ini hanya persoalan kriteria pengamatan saja. jika Muhammadiyah menggunakan wujuddul hisab, maka NU acuannya observasi, namun inti pelaksanaannya sama,” terangnya.
Menurut Thomas, Jawa Bagian Barat sangat ideal untuk dilakukan pengamatan hilal karena umur bulan di lokasi tersebut relatif paling tua, yatu 7 jam 45 me basnit dengan ketinggian konjungsi matahari maksimum 3 derajat. sementara di daerah lain jauh dibawah hitungan tersebut.
Dengan alasan perubahan cuaca yang mengalami kemarau basah seperti saat ini, para astronom bersama Kemenag berencana akan menambah titik pengamatan, dari semula 90 lokas , menjadi 120 titik di seluruh Indonesia. (ant/hdytlh/arrahmah.com)