GORONTALO (Arrahmah.com) – Langkanya keberadaan bahan bakar premium di Kabupaten Gorontalo utara membuat masyarakat ‘rela’ membeli premium eceran yang dijual di depot yang ada di pinggir jalan dengan harga Rp 10 ribu per liter.
Musa (36), di Gorontalo, Ahad (3/7/2011) mengaku dirinya harus menelan kekecewaan karena tak mampu antri di Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di kabupaten tersebut. Hal tersebut dikarenakan jarak ke SPBU sejauh 22 kilometer dari desanya.
“Daripada harus mengantri sangat panjang dan membutuhkan waktu lama sekali, terpaksa saya membeli bensin di depot pinggir jalan yang harganya Rp 10 ribu seliter.”
Ia berharap kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama, sebab kelangkaan bensin di daerah tersebut cukup berpengaruh terhadap perputaran ekonomi di daerah. Akibatnya, harga barang-barang mulai naik, bahkan merambat hingga ke harga sayuran dan sembako akibat sulit mendapatkan bensin.
Sementara itu, Khadir seorang penjual bensin depot di Kwandang mengaku, saat ini dirinya tak bisa lagi melakukan pembelian premium di SPBU setempat. Hal itu disebabkan pihak SPBU tidak lagi melayani pembelian menggunakan galon ataupun jeriken.
Khadir mengatakan ia bisa membeli bensin dari para pemilik mobil pribadi yang menjual bensin dengan cara baru. Beberapa pemilik mobil pribadi mengantri di SPBU, kemudian mereka menjajakan bensin di depot- depot pinggir jalan.
“Harga yang mereka jual pun mencapai Rp7 ribu perliter,”ungkapnya.
Makanya, untuk meraup untung yang banyak, Khadir mengaku menjual bensin yang berhasil didapatnya, dengan harga Rp10 ribu seliter.
Namun demikian, mahalnya harg yang dipatok penjual mengaku tak memerlukan waktu yang lama untuk menjual bensin eceran tersebut.
Keterbatasan sarana dan prasarana juga ikut menyumbang pada “kenaikan lokal” harga BBM di daerah. Pedagang yang mencari untung secara berlebihan tak memberikan pilihan bagi masyarakat karena memang kebutuhan akan tersedianya BBM saat ini telah mendesak. (ans/arrahmah.com)