AMSTERDAM (Arrahmah.com) – Lagi-lagi politisi Belanda anti-Islam ini membuat ulah. Geert Wilders (la’natullah ‘alayh) mengajukan proposal pembebanan pajak bagi siapa saja yang mengenakan jilbab.
Setiap Muslimah yang berkeinginan untuk mengenakan jilbab harus mendaftar untuk mendapatkan ijin, tidak cukup sampai di situ, Muslimah yang bersangkutan kemudian diharuskan membayar seribu euro untuk dapat mengenakan jilbab.
Pemimpin Partai Kebebasan tersebut menyebut pajak tersebut sebagai “Pajak Kain Kepala” (kopvoddentax).
“Jika kami jadi mengenakan pajak tersebut, akhirnya kami akan mengeruk uang dari Islam,” kata Wilders.
“Masjid-masjid, jilbab, dan baju gamis Muslim sudah terlalu mengotori jalanan Belanda,” lanjutnya sinis.
Dengan entengnya, Wilders kemudian mengatakan bahwa uang yang terkumpul, dari hasil pemerasan itu akan disumbangkan. Ironisnya, lembaga yang akan mendapatkan limpahan uang pemerasan tersebut adalah lembaga emansipasi perempuan, yang seharusnya melindungi hak-hak kaum perempuan, termasuk Muslimah yang ingin mengenakan jilbab.
Para anggota parlemen yang lainnya menanggapi proposal gila tersebut dengan rasa tidak percaya. Satu demi satu, mereka bertanya kepada Wilders apakah proposal tersebut memang serius. Misalnya saja, apakah dalam “pajak” tersebut, jenis penutup kepala lainnya akan turut kena pajak. Mereka juga menanyakan mengenai wanita Kristen ortodoks yang mengenakan kerudung yang mirip dengan wanita Muslim.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Wilders mengatakan bahwa sebenarnya dirinya lebih suka untuk melarang seluruh penggunaan kerudung, namun dia menambahkan bahwa secara hukum, hal tersebut “tidak dimungkinkan”.
Wilders mengatakan bahwa kaum Kristiani tidak akan ditarik pajak atas penggunaan penutup kepala, namun dia tidak menjabarkan lebih lanjut mengenai pembedaan “kebijakan” tersebut.
Pihak pemerintah Belanda masih menjadikan usulan Wilders itu sebagai bahan perdebatan. Namun sebelum diambil keputusan apapun, ternyata Wilders sudah terlebih dahulu mengumumkan bahwa dirinya berencana untuk melayangkan mosi tidak percaya kepada seluruh kabinet. Langkah tersebut akan menjadi mosi tidak percaya kedelapan yang dilayangkan oleh Partai Kebebasan.
Sementara itu, antropolog Belanda, Lizzy van Leeuwen, pada minggu ini menulis kabar mengejutkan di media De Groene Amsterdammer. Dia menuliskan bahwa Geert Wilders ternyata memiliki garis keturunan Indonesia – negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Namun, menurut Leeuwen, Wilders berupaya menyembunyikan hal tersebut dengan rambut pirangnya.
Nenek Wilders berasal dari kalangan keluarga Yahudi-Indonesia yang bermarga Meijer. Kakek Wilders, John, adalah Deputi Direktur keuangan di Hindia Timur (sebutan Belanda untuk Indonesia ketika masih menjajah Indonesia). Sang kakek juga sama sekali tidak pernah bergabung dalam kemiliteran, sebagaimana yang selalu diklaim oleh Wilders. Boleh jadi kebencian Wilders terhadap Islam ada keterkaitannya dengan darah Yahudinya.
Ternyata rambut pirang yang selama ini menjadi ciri khas Wilders adalah palsu, demikian menurut sang antropolog. “Wilders yang ‘jenius’ telah tertangkap basah. Rambut Wilders adalah sebuah pertanda bahwa politik kini tidak lagi dianggap serius.”
Dalam artikel tersebut, sang antropolog menjelaskan mengenai adanya hubungan antara NSB (Nationaal Socialistische Beweging) dengan segala sikap anti-Islam Wilders dan patriotismenya yang cenderung ekstrimis. Ekstrimisme tersebut dianut oleh Wilders dan banyak politisi Belanda lainnya yang memiliki garis keturunan Hindia. Partai NSB tersebut sangat populer pada tahun 1930-an di Hindia Timur.
Nationaal Socialistische Beweging adalah sebuah partai yang menjadi komponen penting Nazi dari tahun 1931 hingga 1945. Setelah bulan Desember 1941,ketika partai-partai Nazi Belanda lainnya diserap oleh NSB, maka partai tersebut menjadi satu-satunya partai Nazi Belanda. NSB berkeinginan untuk menyatukan Belanda dan Flander.
Flander adalah sebuah daerah yang terletak di sebelah utara Belgia, para penduduknya disebut Flemish atau Fleming, dan kini menjadi mayoritas di Belgia. Ada sebuah skenario yang ingin mempersatukan keduanya untuk memungkinkan berdirinya “Liga Jerman”, dimana Jerman akan menjadi pemimpin liga tersebut.
NSB didirikan pada tanggal 14 Desember 1931 oleh Anton Mussert. Hingga tahun 1936, sebuah bendera dipergunakan dengan warna dasar bendera Belanda, namun memiliki desain yang mirip dengan lambang swastika Nazi.
Namun, hingga saat ini, Wilders masih belum memberikan tanggapan resminya atas dimuatnya artikel di De Groene Amsterdamer tersebut. (althaf/suaramedia/arrahmah.com)