(Arrahmah.com) – Seorang warga Uighur, seorang ayah dari dua orang anak, ditembak mati oleh polisi Cina di desa Dolan, Xinjiang.
Radio Free Asia (RFA) melansir bahwa pada 29 Januari, Qurban Tursun, warga etnis Muslim Uighur, ditembak mati oleh polisi yang sedang melakukan “pemeriksaan keamanan” ke rumah-rumah warga. Polisi mengklaim bahwa Tursun ditembak mati karena menolak polisi untuk masuk ke rumahnya.
Kepala kepolisian Karatal Wang Guochen mengklaim bahwa Tursun mengatakan anaknya akan takut jika polisi masuk ke dalam rumah dan meminta mereka untuk datang pada hari berikutnya.
Guochen juga mengklaim bahwa Tursun bersenjatakan pisau setelah tim polisi memaksa masuk ke rumahnya dengan mendobrak pintu rumah.
Wakil kepala polisi Ghalipjan Emet, yang menembak mati Tursun, mengklaim bahwa Tursun baru-baru ini pernah dipenjara atas tuduhan menyembunyikan seorang “separatis” (sebutan yang biasanya dilayangkan kepada warga Muslim Uighur yang menentang pemerintah Cina, red) di rumahnya dan pihak berwenang melakukan penggeledahan terhadap rumahnya sejak ia bebas.
“Dia menolak bekerja sama, jadi kami menembaknya,” ujar Emet, dikutip RFA.
Emet menambahkan bahwa ia hanya mematuhi perintah standar dari atasan untuk operasi penggeledahan itu.
“Mereka mengatakan jika mereka tidak mau bekerja sama maka tembaklah, jadi kami melakukannya,” katanya.
Rezim komunis Cina akhir-akhir ini telah mengintensifkan tindakan keras terhadap warga Muslim Uighur di Xinjiang. Berdasarkan catatan resmi, dalam jangka waktu dari April-Mei sekitar 100 orang Uighur diyakini telah tewas ditembak, otoritas Cina menuduh mereka terlibat “terorisme” dan “separatisme” tanpa proses pengadilan. (siraaj/arrahmah.com)