KABUL (Arrahmah.com) – Komandan perang salibis asing di Afghanistan sedang bersiap menghadapi serangkaian aksi protes dan kemarahan publik yang dipicu oleh terbitnya sejumlah foto tentara AS yang berpose dengan mayat warga sipil Afghanistan yang mereka bunuh, Guardian melaporkan pada Senin (21/3/2011).
Beberapa pejabat senior ISAF NATO di Kabul telah membahas dan mencoba membandingkan gambar-gambar yang diterbitkan oleh surat kabar mingguan Jerman, Der Spiegel, dengan gambar tentara AS yang menyiksa tahanan di Abu Ghraib di Irak yang pernah memicu gelombang protes anti-AS di seluruh dunia.
Mereka takut bahwa gambar tersebut bisa lebih merusak karena gambar-gambar itu menunjukkan pembunuhan disengaja warga sipil Afghanistan oleh unit ‘nakal’ AS, Stryker, yang beroperasi di provinsi Kandahar selatan tahun lalu.
Beberapa kegiatan gabungan “tim pembunuh” ini sudah dipublikasikan, dengan 12 orang saat ini sedang diadili di Seattle atas peran mereka dalam pembunuhan tiga warga sipil.
Semua prajurit yang terlibat telah membantah tuduhan yang dilimpahkan oleh pengadilan. Mereka akan menghadapi hukuman mati atau penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.
Kasus ini telah mengagetkan seluruh dunia, terutama setelah diketahui bahwa para tentara pembunuh ini pun memotong bagian tubuh korban sebagai kenang-kenangan dan penghargaan atas ‘kehebatan’ mereka.
Sebuah investigasi yang dilakukan oleh Der Spiegel telah menggali sekitar 4.000 foto dan video yang diambil oleh seorang laki-laki dengan identitas yang sengaja dirahasiakan.
Militer AS kalang kabut dan tengah berusaha keras agar tidak ada gambar-gambar serupa yang diterbitkan karena khawatir akan semakin meninggikan kemarahan publik di saat anti-Amerikanisme di Afghanistan sudah tinggi.
Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan pihaknya meminta maaf atas penderitaan yang disebabkan oleh foto-foto yang “menggambarkan tindakan menjijikkan bagi kemanusiaan dan bertentangan dengan standar dan nilai-nilai Amerika Serikat”.
Artikel panjang Spiegel yang menyertai foto-foto tersebut lebih jauh mengulas rincian terbaru tentang perilaku sadis dari tentara AS di negeri Asia Selatan.
Dalam satu insiden Mei tahun lalu, artikel itu mengatakan, selama patroli, tim menangkap seorang mullah yang berdiri di jalan dan membawanya ke parit dan meledakkan parit tersebut dengan granat sembari melepaskan beberapa tembakan. Pemimpin tim pada insiden ini diketahui dengan nama Sersan Staf Calvin Gibbs.
Setelah itu, Gibbs memotong salah satu jari kecil korban dan mematahkan giginya untuk dikoleksi.
Tim patroli (baca: pembunuh, Red.) kemudian mengklaim bahwa mullah itu mencoba mengancam mereka dengan granat dan bahwa mereka tidak punya pilihan selain untuk menembak. (althaf/arrahmah.com)