TEPI BARAT (Arrahmah.com) – Petani Palestina, dari selatan Tepi Barat, desa Al Khadier dan Beit Iskaria, mengatakan bahwa sekelompok pemukim ekstrimis Yahudi pada Kamis (8/3/2012) pagi menyerang lahan mereka dan merusak 100 pohon zaitun muda dan membawanya.
100 pohon zaitun adalah bagian dari 200 pohon yang ditanam pada hari Rabu (7/3) oleh siswa-siswa Norwegia dan guru mereka dari Oslo pada lahan petani Palestina dekat pemukiman ilegal Israel di Aliazar.
Pada Rabu pagi, sekelompok siswa Norwegia dan guru mereka bergabung dengan Yassin Da’doua untuk menanam 200 pohon zaitun sebagai bagian dari kampanye penanaman pohon zaitun yang diselenggarakan oleh Inisiatif Advokasi Gabungan Yerusalem Timur YMCA dan YWCA Palestina.
Kelompok tersebut dengan petani Palestina dan keluarganya bersama-sama menanam pohon zaitun sebelum pemimpin organisasi pemukim ilegal, “Women in Green”, Nadia Matar, tiba bersama dengan dua pemukim Israel lainnya yang mulai mengambil foto siswa-siswi Norwegia.
“Kakek-nenek Anda membunuh kakek saya dalam holocaust dan sekarang Anda membantu orang-orang Arab untuk mencuri tanah kai. Ini adalah tanah untuk rakyat Israel. Anda membantu orang yang salah. Anda seperti Nazi,” teriak Matar kepada para siswa.
Setelah beberapa waktu tentara Zionis Israel dan polisi militer tiba di tempat kejadian dan meminta warga Palestina dan teman-temannya berhenti menanam pohon dan meninggalkan daerah itu. Para komandan militer mengatakan bahwa tanah dimiliki oleh negara Israel, klaim yang terbukti salah oleh petani Palestina yang memiliki surat-surat kepemilikan baik dari periode Ustmani dan pengadilan Israel bahwa mereka adalah pemilik pribadi atas tanah tersebut.
“Bagaimana mereka bisa menyebut saya Nazi? Kakek dan nenek saya berjuang memerangi Nazi selama Perang Dunia Kedua,” ujar salah seorang siswa Norwegia menanggapi komentar Natar.
Sementara selama penanaman pohon, pasukan Zionis menangkap Sajied Da’doua (18) yang membantu pamannya untuk menanam pohon zaitun di tanahnya. Sumber mengatakan bahwa Sajied dapat dibebaskan dengan uang jaminan.
Tentara Zionis mengizinkan keluarga Palestina untuk tinggal, tetapi memaksa siswa Norwegia dan penyelenggara untuk pergi. (haninmazaya/arrahmah.com)