JAKARTA (Arrahmah.com) – Sejumlah tokoh pelaku serangan militer dalam konflik Ambon Maluku dan Poso Sulawesi Tengah berpotensi melakukan aksi terorisme di wilayah lain di Indonesia, demikian pendapat pengamat intelejen Dynno Chresbon.
Dilansir dari KBR68H, Chresbon mengklaim bahwa meskipun 75 persen struktur organisasi teroris telah diyakini lumpuh, namun sejumlah tokoh tersebut berpotensi menggalang kekuatan baru. Dua tokoh utamanya adalah Zulkarnaen dan Parawijayanto.
“Pasca penangkapan Umar Patek di Philipina Selatan. Lalu kemudian salah satu mitra dia tertangkap yakni Heru Kuncoro, membuat hanya muncul dua tokoh yang saat ini diburu oleh aparat kepolisian Indonesia, yaitu Zulkarnaen dan staf intinya Parawijayanto,” ujarnya.
Namun jangan buru-buru percaya dengan analisis tersebut. Pasalnya pengamat yang satu ini pernah mendapat kritikan tajam dari terdakwa kasus pelatihan militer di Aceh, Abdullah Sunata yang sekarang divonis 10 tahun penjara dan ditahan di Polres Jakarta Selatan terkait pernyataannya yang ngawur.
Sebelumnya Dynno Chresbon pernah menuduh Abdullah Sunata dan jaringannya berada di balik pelaku bom buku Hari Selasa, 15 Maret lalu yang ditujukan pada dedengkot JIL, Ulil Absor Abdala dan meledak di Utan Kayu.
Di sela-sela persidangannya di PN Jaktim (16/3), Sunata menyatakan dirinya tidak tahu menahu mengenai bom buku di Utan Kayu.
“Saya tidak tahu menahu tentang paket bom buku dan bukan dilakukan oleh orang-orang yang di media disebutkan sebagai kelompok saya”, bantah Sunata.
Ia menambahkan “Ini adalah fitnah terhadap saya untuk menyudutkan. Saya juga tidak pernah bertemu dengan makhluk yang bernama Dino Cresbon, dia katakan pernah ketemu saya, itu semua adalah bohong!.”
“Semua pernyataan dia adalah data sampah yang diambil dari sana sini,” kata Sunata menanggapi perkataan Dino Cresbon yang dimuat di Tempointeraktif.
Pada kenyataannya, pernyataan dan tuduhan yang dialamatkan oleh Dynno terbukti tidak benar. Bahkan sangat jauh dari analisis ngawurnya. Belakangan diketahui bom buku ternyata dilakukan oleh “pemain baru” dan bukan terikat dengan “kelompok teroris” manapun. Kalau sudah demikian, analisis demi analisis pada faktanya hanya wacana “ilmiah” untuk menyudutkan kelompok tertentu. (mdn/arrahmah.com)