KABUL (Arrahmah.com) – Lagi-lagi, AS melancarkan serangkaian serangan udara di wilayah Afghanistan timur. Akibatnya sekitar 25 warga sipil dilaporkan tewas. Kematian ini kembali meningkatkan keprihatinan mengenai terus bertambahnya jumlah korban sipil di negara yang diinvasi AS sejak tahun 2001 tersebut.
NATO mengklaim ketidaksengajaan dan kecerobohannya. Aliansi salibis itu mengaku bahwa serangan tersebut ditujukan pada sebuah kubu mujahidin di Provinsi Paktika, dekat perbatasan dengan Pakistan, pada Senin malam.
Sehari kemudian, Selasa (22/6), NATO pun mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa dari 25 yang tewas itu semuanya adalah mujahidin, bukan warga sipil, sebagaimana dilaporkan oleh PressTV.
Pasukan salibis pimpinan Amerika ini secara teratur melakukan penyerangan terhadap tempat-tempat yang selalu diklaimnya sebagai persembunyian mujahidin. Namun faktanya, sebagian besar korban penyerangan mereka yang brutal adalah warga sipil.
Serangan terbaru datang saat NATO juga meningkatkan serangan udaranya di Pakistan. Sejak 2008, hampir seribu orang kehilangan kehidupan mereka dalam sejumlah serangan pesawat tak berpilot milik AS itu.
Selama ini, warga sipil telah menjadi korban utama kekerasan yang terjadi di Afghanistan, khususnya di Afghanistan bagian selatan dan timur. Namun, Amerika Serikat dan sekutunya yang tergabung dalam NATO selalu menepis hal tersebut dan mengecilkan jumlah korban sipil.
Menurut statistik, telah terjadi kenaikan sebesar 33 persen dari jumlah korban sipil di Afghanistan sejak awal tahun 2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sebuah laporan PBB mengatakan bahwa jumlah warga sipil yang tewas pada tahun 2009 lebih tinggi dari pada setiap tahun sejak awal invasi pimpinan Amerika di negara itu pada tahun 2001. Dan tahun lalu saja, terdapat lebih dari 2.400 warga sipil yang tewas di Afghanistan.
Kehadiran pasukan salibis asing yang membengkak hingga 130.000 personil di Afghanistan justru semakin menegaskan misi perang AS di negara yang pernah ada di bawah kekuasaan Taliban tersebut. Membebaskan Afganistan dari cengkeraman pemberontakan dan membawa perdamaian serta stabilitas negara tidak lain hanya dalih untuk membenarkan penjajahan mereka. (althaf/arrahmah.com)