KAIRO (Arrahmah.com) – Ribuan orang berkumpul dan memenuhi jalanan di Mesir pada Jumat (8/7/2011) untuk membela pemberontakan yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, mengarahkan kemarahan mereka pada penguasa militer baru atas lambatnya reformasi.
Di ibukota, barisan demonstran berkumpul di Tahrir Square – pusat protes yang menggulingkan Mubarak pada bulan Februari – untuk mendengarkan khutbah Jumat.
Banyak tenda yang didirikan tempat mereka berteduh dari terik matahari dan suhu udara yang berkisar 37 derajat Celcius (sekitar 99 Fahrenheit).
“Revolusi ini harus diteruskan,” kata salah satu spanduk yang dipasang di sisi alun-alun.
Salah seorang dari demonstran memegang poster yang berisi keluhan: “Kami belum merasakan perubahan apapun. Kami berhasil mendepak Mubarak dan hanya mendapat Marshall Field.”
Marshall Field merupakan istilah yang ditujukan pada Hussein Tantawi, kepala Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata yang mengambil alih kekuasaan pada Februari dan telah bersumpah untuk membuka jalan baru bagi Mesir yang demokratis.
Namun angkatan bersenjata, yang pernah dipuji sebagai pahlawan pada awal pemberontakan karena tidak berpihak dengan Mubarak, menjadi sasaran protes baru dari kelompok hak asasi manusia lokal dan internasional atas sejumlah pelanggaran.
“Revolusi telah membawa kebebasan, tapi kami membutuhkan yang lebih dari ini,” kata Mohammed al-Sayed (20), seorang mahasiswa di Universitas Kairo.
“Tidak ada yang berubah,” kata Mohammed Abul Makarem (18).
“Perubahan membutuhkan waktu, dan harus dimulai dari sekarang,” tambahnya.
“Kami ingin membersihkan institusi pemerintahan dari anggota rezim sebelumnya. Kami ingin reformasi kementerian dalam negeri” kata Tarek al-Kholy, pemimpin gerakan 6 April, pada televisi pemerintah.
“Lima bulan setelah penggulingan Mubarak, kami belum mencapai tujuan kami,” katanya.
Ribuan orang juga berkumpul di kota Mediterania, Alexandria, dan ratusan orang melakukan protes serupa di kota kanal Suez.
Ikhwanul Muslimin kuat juga mengumumkan pada menit terakhir bahwa pihaknya akan bergabung.
Sebelumnya pada hari Rabu (6/7) pemerintah mendesak siapapun yang mengambil bagian dalam demonstrasi agar menjaga ketertiban dan memperingatkan bahwa militer akan menindak setiap rencana yang ditujukan untuk menghasut kekacauan dalam rangka untuk menodai citra negara. (althaf/arrahmah.com)