RAMALLAH (Arrahmah.com) – Seorang bayi Palestina berusia 18 bulan telah meninggal duni setelah menderita inhalasi gas air mata saat bentrokan antara pasukan “Israel” dan pemuda Palestina hampir tiga bulan lalu, menurut pernyataan pejabat kesehatan Palestina.
Abdul Rahman Barghouti meninggal dunia pada Jum’at (7/7/2017) akibat sesak nafas setelah menjalani perawatan lebih dari dua bulan, juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Osama Najjar, seperti dilansir Al Jazeera pada Ahad (9/7).
Najjar mengatakan bahwa Barghouti dirawat di rumah sakit setelah pasukan pendudukan “Israel” menembakkan gas air mata ke rumah dan kamarnya di kota Aboud dekat Ramallah, Tepi Barat yang diduduki pada 19 Mei lalu.
Menurut kantor berita WAFA, bentrokan antara pasukan pendudukan dan warga Palestina terjadi dalam sebuah aksi unjuk rasa untuk mendukung tahanan Palestina yang melakukan mogok makan pada saat itu.
“Tentara secara acak melepaskan sejumlah besar gas air mata ke rumah-rumah warga sipil,” ujar laporan WAFA.
Najjar menambahkan bahwa jip “Israel” memblokir ambulans Palestina untuk mencapai rumah Barghouti dan petugas medis harus berjalan kaki untuk mengevakuasi dan membawa anak tersebut ke rumah sakit di Ramallah.
Karena kondisi serius, Barghouti dipindahkan ke rumah sakit Hadassah di Yerusalem Barat.
Menurut kelompok hak asasi manusia B’Tselem, sedikitnya 101 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan “Israel” di tahun 2016 termasuk 31 anak.
Ayed Abu Eqtaish, direktur kelompok hak asasi manusia DCIP mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tentara “Israel” terus-menerus menyalahgunakan senjata pengendali massa seperti gas air mata.
Dia menambahkan penyalahgunaan senjata semacam itu melanggar peraturan militer dan hukum internasional. (haninmazaya/arrahmah.com)