DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sebuah laporan terbaru menyatakan bahwa pasukan udara Amerika gagal mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari jatuhnya sepasang bom pada sebuah masjid di Suriah utara yang saat itu dipenuhi jamaah, CNN melansir pada Selasa (18/4/2017).
Warga Suriah mengatakan serangan udara AS memukul sebuah masjid di Aleppo barat pada 16 Maret, menewaskan sedikitnya 40 jamaah dan melukai puluhan lainnya. Sementara, AS mengklaim pemboman yang dilakukannya menargetkan balai pertemuan al Qaeda.
Wawancara dengan penduduk setempat dan foto-foto serta video dari bangunan tersebut membuktikan bahwa sebuah masjid terkenal yang menyelenggarakan ceramah setiap hari Kamis antara waktu maghrib dan isya, menurut laporan Human Rights Watch.
Berdasarkan bukti yang dikumpulkan oleh HRW menyatakan bahwa bangunan yang diserang AS adalah masjid dan tidak ditemukan bukti untuk mendukung klaim AS bahwa anggota al Qaeda atau kelompok bersenjata lainnya bertemu di masjid tersebut.
“AS tampaknya telah mendapat informasi yang salah dalam serangan ini, dan puluhan warga sipil membayar kesalahan tersebut,” Ole Solvang, wakil direktur darurat Human Rights Watch, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Pihak berwenang AS perlu mencari tahu apa yang salah, mulai melakukan pekerjaan rumah mereka sebelum mereka memulai serangan, dan pastikan itu tidak terjadi lagi.”
Militer AS mengatakan pada Maret bahwa serangan udara menewaskan “beberapa teroris” di lokasi pertemuan senior Al Qaeda di Idlib. Seorang pejabat militer AS mengkonfirmasi kepada CNN bahwa pesawat tempur Amerika yang melakukan serangan udara di daerah tersebut. Tapi pejabat itu mengklaim bahwa serangan menghantam sebuah bangunan yang berjarak 40 sampai 50 kaki dari masjid, dan mengatakan citra satelit menunjukkan masjid masih berdiri.
Namun laporan Human Rights Watch mengatakan militer AS salah mengidentifikasi lokasi serangan, dan bahwa gambar yang mereka tunjukkan berada di barat daya al-Jinah, bukan di Idlib.
Serangan itu didokumentasikan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia dan Pertahanan Sipil atau lebih dikenal sebagai White Helmets. Human Rights Watch mewawancarai anggota White Helmets yang berada di lapangan untuk laporan, serta empat orang yang berada di gedung selama penyerangan.
Menggunakan penelitian dari open source kelompok investigasi Bellingcat, yang menganalisis rekaman video dan foto-foto serangan, dan Arsitektur Forensik, yang menciptakan model dari masjid dan rekonstruksi serangan itu, Human Rights Watch mengatakan laporannya dapat menguatkan klaim bahwa bangunan yang diserang AS adalah sebuah masjid.
Bom pertama menghantam masjid saat jamaah melaksanakan shalat berjama’ah, membuat korban yang selamat melarikan diri sebelum ledakan kedua memukul bagian luar masjid.
Foto-foto bangunan sebelum serangan menunjukkan bahwa tempat itu memiliki rak sepatu dan sejumlah sajadah, menunjukkan bahwa tempat itu adalah masjid, kata laporan tersebut. Selain itu, foto lain yang diambil dari gedung pasca serangan menunjukkan sebuah papan di tengah puing-puing yang bertuliskan “Masjid Omar bin Saydina Al-Khattab” (althaf/arrahmah.com)