SANA’A (Arrahmah.com) – Ratusan ribu warga Yaman tumpah ke jalanan di berbagai kota besar di seluruh pelosok negeri tersebut pada hari Jumat (12/8/2011), dalam rangka terus memberikan tekanan pada presiden yang sedang menjabat saat ini untuk segera turun.
Aksi demonstrasi di ibukota, Sana’a, dan di sekitar 17 kota lainnya, termasuk Taiz dan Ibb, merupakan yang terbesar sejak Presiden Ali Abdullah Saleh meninggalkan rumah sakit di Arab Saudi, tempat ia memperoleh perawatan atas luka yang dideritanya akibat serangan di istananya bulan Juni lalu.
Yaman diguncang oleh aksi protes berkelanjutan yang berlangsung hampir enam bulan untuk mengakhiri 33 tahun kekuasaan Saleh. Krisis politik di negara yang sudah sangat ringkih dan miskin ini telah memicu konflik bersenjata antara pasukan loyalis Saleh dengan suku oposisi yang telah berbalik melawannya. Sementara itu, muncul kekhawatiran di Barat bahwa al Qaeda di Yaman akan memanfaatkan kekacauan untuk lebih bebas dalam merencanakan serangan terhadap Barat.
Pada Jumat (12/8), ratusan ribu pemrotes anti pemerintah menantang cuaca panas dan menghabiskan waktu jelang berbuka dengan memperbaharui tuntutan mereka atas pengunduran diri Saleh. Demonstran mengibar-ngibarkan bendera Yaman dan meneriakkan slogan-slogan anti-rezim.
“Kami ingin melihat Saleh menjadi presiden dunia Arab kedua yang diadili oleh rakyatnya sendiri,” kata penyelenggara demonstrasi di Sana’a, Abdel Handi al-Azazi.
Mantan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, yang digulingkan oleh pemberontakan rakyat pada bulan Februari, diadili awal bulan ini di Kairo.
Sejak Saleh meninggalkan Yaman, negara ini semakin telantar. AS dan Arab Saudi meminta Saleh untuk tetap di Riyadh karena jika dia kembali cenderung akan memicu kekerasan baru di Yaman.
Pihak oposisi Yaman dan dewan suku paling kuat di negara itu telah mendukung kesepakatan transfer kekuasaan yang digagas oleh AS. Dalam kesepakatan itu, Saleh akan diberi kekebalan hukum jika dia mundur dengan sukarela.
Sementara itu, kelompok pemuda dan pengunjuk rasa Yaman menolak kesepakatan itu. Mereka tetap meminta Saleh dan anggota rezimnya dituntut dan diadili. (althaf/arrahmah.com)