Pertandingan bola Indonesia versus Malaysia tadi malam menyisakan banyak pertanyaan bagi setiap muslim yang perhatian terhadap diennya. Diawali jauh saat pertandingan belum dimulai, sejak pukul 14.00 bahkan mungkin sudah ada yang datang ke lokasi pertandingan karena berharap dapat posisi yang enak,
dan ketika kemudian mereka sudah masuk ke stadion, maka kemungkinan untuk keluar sangat minim, mengingat pengunjung yang demikian padat di stadion utama Glora Bung Karno. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah kapan mereka melaksanakan shalat zuhur dan ashar, maghrib dan isya??? Apakah dapat kita katakan bahwa para fans tersebut non muslim padahal kita tahu bahwa mayoritas negeri ini adalah muslim!
Keagungan Bola
Disinilah keagungan bola kita saksikan, dimana mayoritas pecinta bola tunduk dan patuh sepenuhnya kepada pertandingan bola, tidak boleh terlambat untuk memenuhi panggilannya, tidak boleh terlewatkan setiap detiknya, bahkan jika harus berdesak-desakan dan melalui perjalanan yang panjang. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa para pecinta bola yang hadir pada laga semalam bukan hanya warga sekitar (karena sekitar senayan hanya perkantoran dan apartemen yang kalau dikumpulkan tidak dapat memadati stadion), tapi banyak para fans yang hadir dari luar Jakarta, bahkan mungkin dari daerah dimana para bintang sepakbola tersebut berasal.
Keagungan bola yang lain dapat kita lihat ketika peluit sang wasit pertama kali berbunyi saat kick off pertama, gemuruh fans yang memadati kursi stadion memberi dukungan dan semangat yang luar biasa kepada para pemain di tengah lapangan sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kemenangan bagi mereka, sekaligus memberikan tekanan yang luar biasa dan beban yang berat kepada para pemain. Energi luar biasa dikeluarkan melalui yel yel dan teriakan-teriakan oleh para fand bola dalam rangka mendukung sang bintang untuk dapat melesakkan bola tersebut ke gawang lawan, dan disaat yang lain tangisan sarat emosi pun terjadi saat gawang tim kesayangan kebobolan bola yang diberikan oleh tim lawan yang menyebabkan kekalahan tim kesayangan. Betapa agungnya bola, sehingga manusia-manusia ini mampu merendahkan dirinya dihadapan ‘si kulit sapi bundar’…
Betapa agungnya bola, yang mampu menyihir jutaan pecintanya untuk duduk terpaku selama 90 menit lamanya dihadapan televisi, menyaksikan laga pertaruhan (demikian para fans menyebutnya, entah apa yang dipertaruhkan). 2 jam para pecinta bola tersebut mengikuti detik demi detik alur pertandingan, peristiwa demi peristiwa yang menegangkan yang mereka saksikan selama laga berlangsung, terpaku tidak peduli dengan keadaan sekitar, mengacuhkan panggilan orangtua, menafikan nasehat kebaikan. Luar biasa agungnya bola.
Betapa agungnya bola sehingga mampu memperdalam batas jurang kedua tim yang bersaudara, mampu memisahkan ikatan kekerabatan dan mempertajam permusuhan. Entah apakah bola hanya sebagai pemicu dari bara permusuhan yang selama ini telah menyala di dada setiap garuda muda atau memang telah ada api dalam perkara-perkara sebelumnya, sehingga tidak sudi jika ‘Macan Malaka’ lebih unggul daripada Garuda, kebencian yang sangat yang tidak ditunjukkan kepada tim-tim yang lain, sehingga muncul ‘selentingan’ di tengah-tengah masyarakat kita, ‘biarin deh kalah ama Vietnam or Thailand, asal jangan dengan Malaysia’. Memang Dahsyat si Bola. Kita dapat saksikan, stadion Glora Bung Karno demikian sepi dan lengang, sepi dan sunyi layaknya tak berpenghuni di tengah ribuan fans garuda muda, karena tak percaya dengan kekalahan tim Garuda Muda. Tapi bayangkan saat Sang Garuda memenangkan pertandingan, gemuruh suara kebahagiaan melantakkan setiap senti tanah yang ada disekitarnya, bahkan tanaman pun tak kuasa untuk ikut merasakan kebahagiaannya.
Luar biasa keagungan bola, mampu menciptakan fanatisme buta yang tidak disadari oleh setiap pendukungnya. Atas nama cinta tanah air, menjaga keutuhan budaya negeri, mereka rela untuk bermusuhan dengan sesama saudara, tidak peduli muslim atau non muslim asalkan berkebangsaan Malaysia, adalah musuh. Luar biasa!!! Tapi ironi, disaat bersamaan berapa banyak tanah dan kekayaan negeri ini dijarah dan dirampok secara terang-terangan, tapi tidak satupun para nasionalis tersebut bersuara, bungkam semua kata, terdiam semua elemen bangsa… berapa banyak para pemimpin Negara ini yang telah menjerumuskan rakyatnya ke dalam lubang kehinaan dan kehancuran, moral maupun spiritual, tapi tidak satupun mulut berbicara untuk mencegahnya apalagi memeranginya… Justru, kalimat anarkis, teroris, rasis, fundamentalis dan is is lainnya di opinikan bagi mereka yang berupaya untuk meluruskan yang bengkok dan mengarahkan yang salah.
Ironi Bola Menafikan Sang Pencipta
Sekedar mengingatkan kepada diri dan pembaca semua, harus diakui bahwa pertandingan sepak bola banyak disukai oleh masyarakat kita, tidak terkecuali penulis. Hanya yang perlu diperhatikan bahwa sebagai kaum muslimin, kita dituntut untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diberikan kepada kita. Allah subhaanahu wa ta’aala menciptakan kita tidak lain untuk beribadah kepada-Nya, meng-esakan-Nya dan tidak menduakannya. Allah subhanahu wata’aala ada untuk kita ibadahi, kita taati dengan sepenuh ketaatan, kita cintai dengan penuh kecintaan, tidak ada satupun ketaatan diatas ketaatan kepada-Nya, kecintaan diatas kecintaan-Nya, bahkan cinta dan taat kita kepada kedua orangtua tidak boleh menyelisihi dari ketaatan dan kecintaan kepada-Nya. Dan barangsiapa yang melakukan perbuatan tersebut, maka ia telah terjerumus ke dalam lembah kemusyrikan yang terkadang membawanya kepada kemurtadan. Wal ‘iyyadzubillah.
Jika kepada orangtua yang menyayangi dan mengasihi kita saja kita tidak berani membantah perintahnya, bagaimana mungkin kita mampu untuk membantah perintah Sang Pencipta yang telah memberikan kepada kita segala yang kita butuhkan??? Bukankah ketika Allah subhaanahu wata’ala menciptakan manusia, maka Allah menciptakan juga dunia dan segala isinya? Air, tanah, tanaman, binatang ternak, udara dll.
Jika kepada pimpinan yang senantiasa memberikan kebaikan dan reward kepada kita setiap bulannya kita tidak enak untuk menolak ajakannya, bagaimana mungkin kita sanggup menolak ajakan Sang Pemberi rezeki yang bahkan tidak saja memberikan kepada kita kenikmatan dan fasilitas dunia, bahkan kenikmatan akhirat??? Sedangkan Allah subhaanahu wata’ala tidak pernah lalai dan lupa dalam menunaikan janji-Nya.
Jika kepada sahabat yang senantiasa mendengar curahan hati dan keluh kesah kita, tak kuasa menolak pintanya. Bagaimana bisa kita mampu menolak pinta Dzat yang senantiasa mendengar keluh kesah kita dan bahkan mengabulkannya dengan senang hati pinta kita tanpa keluh kesah??? Dzat yang tidak pernah tidur untuk mendengarkan pinta kita, tidak pernah bosan untuk terus mengkaruniakan rahmat-Nya. Bahkan seorang sahabat terkadang membosankan dan jenuh dengan keluh kesah kita.
Tapi sahabat, apa yang telah diberikan ‘si kulit sapi bundar’ kepada kita, adakah ia mendengar keluh kesah kita? Adakah ia telah memberikan manfaat kepada kita? Adakah ia memberikan kasih dan sayang kepada kita? Adakah ia mampu mencelakakan kita? Adakah kemudian ia marah apabila kita telantarkan? Atau justru kita akan campakkan setelah tidak lagi layak untuk digunakan? Jika semua tidak mampu ia lakukan, lalu mengapa kita demikian ngotot untuk memperjuangkannya??? Mengapa kita demikian semangat untuk mendengar seruannya??? Mengapa kita rela untuk berkelahi hanya untuk mempertahankan sesuatu yang tidak memberikan manfaat sedikitpun bagi agama kita???
WAHAI MANUSIA YANG BERAKAL, DIMANAKAH LETAK KESADARAN KITA, DIMANAKAH AKAL KITA, DIMANAKAH KEIMANAN KITA??? SADARILAH.
Tidakkah kita lebih baik daripada binatang ternak??? Allah subhaanahu wata’aala telah memberikan kepada kita nikmat penglihatan, pendengaran dan hati tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mengabdi kepada-Nya, men-tauhidkan-Nya. Mendengar seruan-Nya, mentaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, mengikuti Rasul-Nya.
Apakah kita hendak kafir setelah beriman??? Hanya mengambil sebagian perintah dan meninggalkan perintah yang lainnya??? Sahabat, mari kita evaluasi diri kita bahwa apapun yang kita agungkan di dunia ini tidak akan memberikan manfaat sedikitpun bagi diri kita jika Allah tidak berkehendak, bahkan manusia seluruh dunia sekalipun berbuat makar untuk membinasakan kita, jika Allah tidak berkehendak maka hal itu tidak terjadi, bagaimana dengan sebuah bola yang bahkan tak kuasa menolak saat kita menendangnya? Apa bedanya bola dengan patung-patung yang disembah pada masa jahiliyyah??? Renungkanlah…
Fanatisme Ilahiyyah
Sahabat, persaudaraan dan ikatan kekeluargaan dalam Islam hanya ada satu yaitu dalam ikatan kalimat tauhid ‘laa ilaaha illallaah’, siapapun ia, darimanapun asalnya, jika mentauhidkan Allah subhaanahu wata’ala, maka ia saudara kita. Ikatan atas nama keduniaan adalah semu, apakah lingkup wilayah kedaerahan, maupun kenegaraan apatah lagi sekedar kesukuan dan golongan tertentu. Semuanya adalah batil dan menyesatkan. Cukuplah kiranya fakta-fakta yang ada disekitar kita, berapa banyak kezaliman terjadi atas nama bangsa, berapa banyak kerusakan ditimpakan atas dasar warna kulit.
Islam hadir untuk menghapuskan fanatisme buta yang akan menghantarkan seseorang kepada kehancuran, Islam datang pada masa dimana fanatisme menjadi ciri khas kaum musyrikin masa itu, peperangan atas nama suku dan golongan menjadi menu sehari-hari, penindasan atas kaum yang lain juga menjadi berita yang tiada habisnya. Kemudian Islam memperbaiki semuanya, bahwasannya fanatisme terhadap hal-hal yang berbau duniawi adalah semu, Islam mengajarkan bahwa hanya Allah saja yang berhak mendapatkan kecintaan secara mutlak, karena Dia yang telah memberikan kepada kita segala yang kita butuhkan untuk hidup di dunia, sedangkan manusia hanya sekedar memenuhi kepentingannya saja, jika kepentingan terpenuhi, maka usailah hubungan relasi tersebut.
Islam mengajarkan bahwa Allah lah satu-satunya yang berhak mendapat ketaatan mutlak, karena Dialah yang memberikan jaminan keselamatan dunia dan akhirat, sedangkan manusia, bahkan untuk menyelamatkan dirinya dari penyakit saja tidak mampu, bagaimana kemudian ia mampu untuk memberi keselamatan kepada selainnya. Inilah yang penulis sebut sebagai fanatisme ilahiyyah, apapun perintah Allah kita hanya mendengar dan mentaatinya, sederhana bukan?
Islam juga mengajarkan bahwa hukum yang patut dibela dan diperjuangkan hanyalah Islam, karena ia diturunkan berdasarkan wahyu ilahi dan menyesuaikan dengan kebutuhan manusia, maka cukuplah ketika syariat Islam ditegakkan, maka urusan manusia pun menjadi seperti apa yang diharapkan, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan hidup akan dicapainya. Berbeda dengan hukum buatan manusia, yang senantiasa mengikut tren dan perkembangan zaman sehingga terikat dengan waktu yang akan usang diperparah dengan adanya kepentingan segelintir orang yang ingin mengambil keuntungan sepihak tanpa peduli dengan kemaslahatan orang banyak. Dan hukum seperti ini sama sekali tidak pantas dibela dan diperjuangkan, bahkan dengan mengeluarkan senilai sayap seekor nyamuk sekalipun!!! Maka bagaimana raga kita akan kita relakan kepada yang bukan pada haknya, bukankah jiwa dan raga ini milik Sang Pencipta???
Demikianlah Islam mengajarkan kepada kita kebaikan sesungguhnya memberikan kepada kita panduan yang sesuai dengan fitrah diri manusia, maka mari kita kembali kepadanya dan meninggalkan selainnya. Kenali dan pelajari Islam lebih dekat, maka kita akan temukan kebahagiaan sesungguhnya. Wallaahu alam
Ashar Maghrib
Jakarta, 22 november 2011
21.00