WASHINGTON (Arrahmah.com) – Bau badan memang bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri dan mengganggu orang lain disekitarnya.
Namun, tidak selamanya bau badan merugikan. Kerugian ini justru dimanfaatkan para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang dapat membantu mendeteksi dan mengelompokkan bau.
Hingga saat ini, petugas kepolisian masih setia menggunakan anjing pelacak untuk melacak bau pelaku atau korban dalam investigasi sebuah kasus.
Dengan pengembangan teknologi pendeteksi bau ini, nampaknya anggota kepolisian akan mendapat perangkat bantuan baru untuk melakukan investigasi. Para ilmuwan di AS kini tengah mencoba menterjemahkan senyawa kimia dari bau badan manusia.
Big News Networks, Jumat (16/10) melansir, studi yang diterbitkan dalam Chemical and Engineering News ini menyebutkan, menterjemahkan bau badan manusia merupakan tugas yang sulit karena masing-masing manusia memiliki campuran bau badan yang unik dan kompleks yang turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kebiasaan makan dan lain sebagainya.
Perangkat ini nantinya akan mendeteksi berbagai macam bau dan membedakan apakah bau tersebut merupakan bau alami atau buatan. Sebagai contoh, tim investigasi nantinya bisa mengidentifikasi teroris yang membawa bahan peledak dan berencana meledakkan pesawat.
Sementara itu, Para ilmuwan di Inggris menciptakan sebuah sistem yang memungkinkan komunikasi dari otak ke otak.
Sistem yang dikembangkan oleh tim peneliti dari University of Southampton ini diklaim sebagai teknologi pertama yang memungkinkan penggunanya mengirim isi pikiran, rangkaian kalimat dan citra langsung ke otak orang lain seperti layaknya bertelepati.
Dengan teknologi ini, para ilmuwan berharap dapat membantu mereka yang mengalami kelumpuhan atau cacat dapat saling berkomunikasi dengan efektif.
Telegraph melansir, teknologi serupa ini sebelumnya sudah pernah dikembangkan. Namun sebelumnya, sistem komunikasi ini tidak menghubungkan antar otak melainkan menghubungkan otak dengan perangkat komputer, telepon, internet, dan perangkat lainnya.
“Itu sebabnya, sistem yang kami ciptakan ini akan sangat bermanfaat bagi mereka yang benar-benar tidak mampu bergerak, tidak bisa berbicara atau buta,” kata Dr Christopher James.
Alat ini bekerja dengan menggunakan ‘brain computer interfacing’ yaitu sebuah teknik yang memungkinkan komputer untuk menganalisa sinyal pada otak sehingga memungkinkan mereka mengirim pesan yang terbentuk melalui sinyal pada otaknya meski oatk penerima berada dalam jarak yang cukup jauh.
Menurut James selama proses transmisi, kedua orang yang tengah berkomunikasi terkoneksi dengan elektroda yang mengukur aktivitas pada bagian spesifik otak. (okz/arrahmah.com)