SURABAYA (Arrahmah.com) – Semakin banyaknya jumlah penderita yang diduga (suspect) terjangkit flu babi membuat laboratorium kesehatan yang ditunjuk kewalahan dalam menguji sampel darah dan lendir pasien. Akibatnya, pihak RS hanya melakukan diagnosis dan memberikan perawatan serta pengobatan pada pasien bersangkutan.
Hal ini diakui Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik RSU dr Soetomo dr Urip Murtedjo, Sp.B (KL). “Karena lab-nya cuma ada satu, sedangkan jumlah yang suspect terus bertambah, akhirnya disepakati kita cukup melakukan diagnosa dan kemudian dilakukan pengobatan,” tandas Urip, Sabtu tadi (1/8/2009).
Urip mengatakan langkah ini terpaksa diambil mengingat terbatasnya kemampuan lab dalam menguji sampel penderita suspect flu babi. Perlu diketahui, di Jawa Timur hanya ada satu laboratorium, yakni Balai Laboratorium Kesehatan Daerah (BLKD/Labkesda) Surabaya yang direkomendasi Departemen Kesehatan (Depkes) sebagai lab yang berwenang melakukan pengujian sampel penderita suspect flu babi.
Pihak RSU dr Soetomo sebenarnya sudah mengusulkan dua laboratorium lain yang bisa diberdayakan untuk membantu pengujian suspect flu babi. Dua lab itu antara lain, Laboratorium Mikrobiologi milik RSU dr Soetomo dan Laboratorium Avian Influenza di Tropical Disease Center (TDC) milik Universitas Airlangga (Unair).
“Kedua lab ini sudah kami usulkan dan tinggal menunggu respon dari Depkes apakah akan direkomendasi. Tentunya masih harus dilakukan supervisi dulu pada kedua lab tersebut,” katanya.
Dia mengingatkan jika laboratorium untuk pengujian itu harus dibekali dengan kemampuan SDM yang memadai. “Petugas lab harus dilatih secara khusus karena ada teknik tersendiri misalnya dalam mengkultur sampel lendir di tenggorokan. Itu memerlukan latihan dan keahlian,” katanya.
Urip menjelaskan hingga tadi malam, jumlah pasien suspect flu babi yang dirawat di RSU dr Soetomo terus bertambah. Sampai tadi malam jumlah penderita suspect flu babi bertambah menjadi 25 orang.
“Ada tambahan lagi enam orang,” katanya.
Sedangkan dari 12 penderita yang positif flu babi, empat di antaranya sudah sembuh dan dipulangkan termasuk dua WNA asal China dan satu WNA asal Belanda. Sehingga jumlah penderita yang positif tersisa delapan orang. Satu diantaranya adalah anak berusia lima tahun yang juga menderita radang paru-paru (pneumonia).
“Karena ada penyakit penyertanya maka dia kami pisahkan sendiri di Ruang Isolasi Khusus Anastesi, karena memerlukan perawatan yang lebih cermat dibanding yang lain,” ujarnya.
Anak tersebut juga dipasangi alat bantu pernapasan (respirator). Jika ditotal, jumlah pasien yang suspect dan positif yang masih dirawat sebanyak 33 orang dengan rincian dua anak-anak dan sisanya berusia dewasa muda (remaja) sampai dewasa tua. Sedangkan 23 santriwati Ponpes Assalafi Al Fithrah yang dirawat selama empat hari di RSU Haji sejak Senin 27 Juli lalu, dua hari lalu sudah dipulangkan.(okz/arrahmah.com)