JAKARTA (Arrahmah.com) – Geliat Revolusi yang berdiri diatas pundak kaum Islamis dan pilar-pilar iman mayoritas kaum muslimin di Suriah betul-betul mencolok mata dunia Barat (AS dan Sekutunya). AS dihadapkan dilema, satu sisi rezim Bashar tidak mungkin lagi bisa bertahan dan dipertahankan.
Demikian diungkapkan Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya kepada arrahmah.com Kamis(13/12) Jakarta, ketika menyikapi situasi revolusi Suriah saat ini.
“Dan AS belum juga bisa konsolidasi untuk memunculkan figur pemimpin karbitan yang loyal kepada Barat dengan berbagai rekayasa pertemuan politik,” Ungkapnya.
Di sisi lain,lanjut Harits, kekuatan mujahidin makin massif dan menyatu bersama dukungan umat dengan kesadaran politik yang tinggi untuk mengawal revolusi yang tumbuh tidak tercemari oleh tangan-tangan kotor barat dan para agen-agennya.
“Di sini menjadi kekalutan Barat, dan akhirnya kembali membuat cerita bohong tentang “terorisme”. Tuturnya.
Para Mujahidin kembali di labeli “teroris”, dan ini adalah kedok AS untuk memaksa sekutu dan dunia untuk memberi legitimasi tindakan AS dalam bentuk invansi militer melawan “teroris”.Ini adalah akal busuk AS untuk membajak dan mengaborsi Revolusi kaum Islamis di Suriah, karena AS sangat sadar dari bumi Syam gejala “imperium baru” (daulah Islam/Khilafah Islam) bisa lahir dan akan merontokkan semua hegemoni Barat atas dunia Islam.
Dari titik ini AS dan sekutu termasuk penguasa dzalim dunia Islam mungkin akan bersatu dibawah bendera “war on terrorism” dengan komando dajjal Amerika bergerak untuk memerangi mujahidin Suriah.
“Doa kita selalu untuk revolusi Suriah, semoga Allah turunkan nusroh-Nya di bumi Syam yang diberkahi, aamiin,” tutup Harits. (bilal/arrahmah.com)