PARIS (Arrahmah.id) – Jaringan ritel Prancis Carrefour Group mengumumkan penurunan laba bersihnya untuk tahun fiskal lalu menjadi 723 juta euro, dibandingkan dengan 1,66 miliar euro pada tahun sebelumnya.
Perusahaan menghubungkan penurunan tersebut dengan lingkungan pasar ritel yang masih dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang tinggi.
Hasil ini juga muncul setelah boikot populer yang meluas di Timur Tengah, menyusul dukungan merek Prancis tersebut terhadap ‘Israel’ dalam perang di Jalur Gaza.
Pada November tahun lalu, toko-toko Carrefour terpaksa menutup semua cabang mereka di Yordania sebagai akibat dari boikot tersebut.
Keputusan ini menyusul kampanye boikot populer yang menargetkan Carrefour di Yordania dan merek lain yang dianggap mendukung ‘Israel’.
Kampanye di Yordania menyebabkan penurunan penjualan Carrefour lebih dari 75% sejak dimulainya genosida ‘Israel’ di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Laba bersih rantai tersebut, tidak termasuk item khusus, mencapai 1,08 miliar euro, setara dengan 1,61 euro per saham, dibandingkan dengan 1,22 miliar euro, atau 1,71 euro per saham pada 2023.
Penjualan bersih Carrefour tahun lalu berjumlah 85,44 miliar euro, dibandingkan dengan 83,27 miliar euro pada tahun sebelumnya, sementara total pendapatan mencapai 87,27 miliar euro, dibandingkan dengan 84,9 miliar euro selama periode yang sama.
Meskipun Carrefour jarang mengakui dampak boikot terhadap menyusutnya margin keuntungannya, berbagai bukti menunjukkan bahwa boikot kolektif perusahaan, tidak hanya di Timur Tengah tetapi di seluruh dunia, memainkan peran dalam krisis yang sedang berlangsung.
Kampanye Boikot
November lalu, perusahaan pengecer multinasional dan grosir Prancis Carrefour mengumumkan akan menutup semua cabangnya di Yordania, sebuah langkah yang dipandang sebagai akibat dari gerakan boikot yang dilakukan jaringan tersebut sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023.
Gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) telah menyerukan konsumen untuk memboikot jaringan restoran Prancis tersebut.
“Pada Maret 2022, Grup Carrefour asal Prancis mengumumkan kemitraan waralaba dengan Electra Consumer Products (ECP) dan anak perusahaan ritel ECP, Yenot Bitan, yang keduanya aktif dalam perusahaan permukiman ilegal ‘Israel’,” demikian bunyi pernyataan di situs web BDS.
Kontroversi seputar perusahaan Prancis itu semakin dalam sejak dimulainya genosida Israel di Gaza, ketika Carrefour dilaporkan mengirim “hadiah berupa paket pribadi” kepada tentara Israel, menurut gerakan BDS.
Meskipun perusahaan ritel tersebut berusaha menjauhkan diri dari tanggung jawab, BDS berpendapat, “perusahaan tersebut terlibat dalam kejahatan Israel selama bisnisnya secara langsung atau tidak langsung membantu dan bersekongkol dengan apartheid, genosida, dan pelanggaran hak asasi manusia.”
BDS berjanji dalam pernyataannya bahwa seruan boikot akan tetap berlaku “hingga Carrefour mengambil langkah konkret untuk mengakhiri keterlibatannya dengan apartheid Israel dan pendudukan militer ilegal serta menghormati hak-hak rakyat Palestina.” (zarahamala/arrahmah.id)