BISHKEK (Arrahmah.com) – Menanggapi permintaan Presiden sementara Kyrgyzstan, Roza Otunbayeva, yang tak mampu memadamkan kerusuhan yang telah berlangsung selama berhari-hari, Rusia mengirimkan pasukannya ke selatan negara itu pada hari Minggu (12/6).
Namun, seperti dilaporkan dalam PressTV, pejabat keamanan Rusia menolak klaim bahwa keputusannya menurunkan merupakan respon atas permintaan Roza. Ia menyatakan pasukannya diturunkan guna membantu melindungi fasilitas militer Rusia di Kyrgyzstan dan tidak berencana untuk melakukan intervensi di negara bekas jajahan Uni Sovyet tersebut.
Sementara itu, tidak sedikit yang menilai bahwa kerusuhan yang kembali pecah pada Kamis (10/6) malam itu, didalangi oleh Amerika Serikat. Dissident Voice dalam situsnya menyatakan bahwa Kyrgyzstan selatan (kota Osh) merupakan jalur strategis bagi AS untuk memuluskan perdagangan heroin dari negara yang dijajahnya saat ini, Afghanistan, ke pasar Eurasia. Selain alasan tersebut, Kyrgyzstan pun merupakan rekanan kuat Rusia, dan hal ini jelas menjadi penghambat tersendiri bagi AS sebagai negara adidaya untuk menancapkan hegemoninya di seluruh wilayah di dunia.
Akibat kekerasan tersebut, lebih 100 orang tewas dan lebih 1.200 lainnya cedera di negara miskin Asia Tengah itu. Para dokter mengatakan angka kematian rendah, karena orang-orang Uzbekistan yang cedera takut sekali diserang lagi bila meminta perawatan di rumah sakit, kutip AP.
Ribuan warga Uzbekistan melarikan diri dalam keadaan panik ke perbatasan dengan Uzbekistan setelah rumah mereka dibakar oleh massa Kyrgyzstan. Wanita-wanita dan anak-anak Uzbekistan ditembak mati ketika mereka berusaha menyelamatkan diri, kata para saksi.
Sebagian besar wilayah Osh, sebuah kota berpenduduk yang 250.000 jiwa itu, telah rusak dilalap api dan para penjarah mencuri sebagian besar bahan pangan milik penduduk setempat.
Kerusuhan itu merupakan kekerasan terburuk sejak mantan Presiden Kumanbek Bakiyev digulingkan dalam pemberontakan berdarah April lalu dan melarikan diri dari Kyrgyzstan.
Penjabat pemerintahan Roza Otunbayeva menyalahkan keluarga Bakiyev karena memicu kerusuhan di Osh, dengan mengatakan mereka bermaksud menggagalkan referendum konstitusi yang akan diadakan 27 Juni dan pemilihan baru dijadwalkan diadakan Oktober. Seorang pejabat selatan setempat mengatakan para pendukung Bakiyev menyerang baik warga Kyrgyzstan maupun Uzbekistan untuk memancing kerusuhan. (althaf/arrahmah.com)