KUWAIT (Arrahmah.com) – Pemerintah Kuwait telah menolak untuk mempertimbangkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris dan mengatakan bahwa ini merupakan masalah internal Mesir, lansir MEMO pada Sabtu (28/12/2013).
Para pengamat menganggap keputusan Kuwait ini sebagai sebuah penolakan besar kepada otoritas kudeta di Mesir. Keputusan mereka pun didukung oleh negara-negara lainnya.
Kepala media dan komite informasi di kementerian dalam negeri Kuwait Kolonel Adel Al-Hashash mengatakan, “Kuwait tidak ada hubungannya dengan mempertimbangkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.”
Sementara itu, AFP melaporkan pada Sabtu (28/12) pagi bahwa menteri luar negeri Mesir Nabeel Fahmi telah menyerukan masyarakat internasional untuk mendukung Mesir dalam perang melawan “terorisme”, di mana kata “terorisme” yang diklaim Fahmi itu berarti Ikhwanul Muslimin.
Lebih lanjut AFP juga melaporkan bahwa di New York Fahmi malah mengklaim: “Saya yakin bahwa masyarakat internasional, yang telah menolak ‘terorisme’ untuk waktu yang lama, akan mendukung rakyat Mesir dalam perjuangan mereka melawan ‘terorisme’ dan pendukungnya.”
Dia juga mengklaim: “Mereka [masyarakat internasional] tidak akan menerima upaya apapun untuk membenarkan ‘terorisme’ atau tetap bungkam terhadapnya.”
Dengan klaim pemerintah interim Mesir itu, dilaporkan bahwa hanya dua hari setelah organisasi Ikhwanul Muslimin diklaim sebagai organisasi “teroris”, pasukan keamanan Mesir malah menuduh semua pengunjuk rasa anti-kudeta sebagai “teroris”.
Dalam dua hari, pasukan biadab keamanan Mesir kemudian membunuh tiga pengunjuk rasa, melukai ratusan dan menahan 265 orang lainnya. (banan/arrahmah.com)