DOHA (Arrahmah.com) – Kuwait mengatakan pada Senin (31/12/2018) bahwa mereka mengharapkan lebih banyak negara Arab untuk membuka kembali kedutaan besar di Damaskus dalam “hari-hari mendatang” tetapi menambahkan bahwa langkah itu akan membutuhkan lampu hijau dari Liga Arab, yang menangguhkan keanggotaan Suriah tujuh tahun lalu.
Negara-negara Arab, termasuk beberapa yang pernah mendukung pemberontakan melawan Presiden Bashar Asad, berusaha untuk berdamai dengannya setelah ia memperoleh kemenangan dalam perang, yang bertujuan untuk memperluas kekuasaan mereka di Suriah dengan mengorbankan Turki dan Arab non-Arab.
Uni Emirat Arab membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus Kamis lalu dan Bahrain mengatakan pada hari berikutnya bahwa kedutaannya di sana dan misi diplomatik Suriah di Manama telah beroperasi “tanpa gangguan”.
Wakil menteri luar negeri Kuwait, Khaled Al-Jarallah, mengatakan, seperti dikutip MEMO pada Selasa (1/1/2019) negara Teluk tetap berkomitmen terhadap keputusan Liga Arab dan akan membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus begitu organisasi mengizinkannya.
Jarallah mengharapkan “mencairnya hubungan antara Suriah dan negara-negara Teluk Arab dalam beberapa hari mendatang di saat lebih banyak negara akan membuka kembali kedutaan mereka di Damaskus,” lapor kantor berita negara KUNA.
Perwakilan permanen Liga Arab akan bertemu di Kairo pada 6 Januari mendatang.
Negara-negara Arab Teluk yang bersekutu dengan AS adalah pendukung regional utama kelompok-kelompok bersenjata yang menentang Asad. Mereka menyediakan dana atau senjata atau keduanya, dan bertindak sebagian besar sebagai bagian dari program dukungan untuk oposisi bersenjata yang dikoordinasikan oleh Washington.
Tidak seperti tetangganya yang lain, Kuwait membiarkan kedutaan besar Suriah di Kota Kuwait terbuka dan menentang mempersenjatai pemberontak, meskipun donor swasta di Kuwait mengirim dana ke pasukan anti-Asad. Kuwait telah memimpin kampanye penggalangan dana kemanusiaan untuk Suriah melalui PBB.
Seorang diplomat Arab, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa dia yakin mayoritas anggota ingin Suriah diterima kembali.
Keanggotaan Suriah di Liga Arab ditangguhkan pada tahun 2011 sebagai tanggapan terhadap tindakan keras pemerintah terhadap protes “Musim Semi Arab”. Agar status Suriah dapat dipulihkan kembali, Liga Arab harus mencapai konsensus. (Althaf/arrahmah.com)