TEHERAN (Arrahmah.com) – Amir Kuwait Syeikh Shabah Al-Ahmad Al-Jabir Alu Shabah menegaskan dukungan negaranya terhadap upaya-upaya memerangi “ekstrimisme” Islam di kawasan Timur Tengah dan solusi politis untuk menyelesaikan krisis di Suriah.
Pernyataan itu ditegaskan Amir Kuwait kepada Pemimpin tertinggi revolusi Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariah Iran, “Ayatullah” Ali Khamenei, pada hari Senin (2/6/2014), seperti dilansir oleh Al-Jazeera.
Amir Kuwait menyatakan kunjungan resminya ke Teheran “akan bermanfaat bagi kedua negara”. Ia mengisyaratkan negara-negara di kawasan Timur Tengah harus bekerjasama dalam menyelesaikan dan menghadapi persoalan-persoalan di kawasan.
Amir Kuwait melakukan kunjungan resmi ke Iran pada Ahad (1/6/2014) sore. Ia kembali ke Kuwait pada Senin sore. Kunjungan resmi ini mendapatkan liputan luas media massa Timur Tengah karena merupakan kunjungan pertama pemimpin Kuwait sejak terjadinya revolusi Syiah Imamiyah Itsna Asyariah di Iran pada 1979.
Dalam kunjungan resmi tersebut Iran dan Kuwait menanda tangani sejumlah nota kesepakatan di bidang ekonomi, pariwisata dan pertukaran informasi keamanan. Presiden Iran Hasan Rouhani menyebut nota kesepakatan tersebut “sangat antusias untuk memperkuat” hubungan kedua belah pihak.
Ketua Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran Alauddin Barujardi menyatakan bahwa Kuwait membawa pesan-pesan Arab Saudi, yang akan membawa perubahan penting dalam hubungan antara Teheran dan Riyadh.
Ia menambahkan “Iran menginginkan hubungan yang baik dengan tetangga-tetangganya. Undangan terbaru Arab Saudi kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Jawad Zharif mengindikasikan adanya perubahan dalam sikap politik Arab Saudi terhadap Iran”.
Kunjungan Amir Kuwait ke Teheran terjadi setelah Menteri Luar Negeri Iran mengunjungi negara-negara kawasan Timur Tengah pada Desember 2013 lalu. Kuwait berharap hal itu akan membantu penciptaan stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Meski memiliki ideologi yang berlainan, rezim-rezim Arab dan Syiah Iran disatukan oleh kekhawatiran terhadap ancaman kelompok-kelompok jihad yang makin menguat. Khususnya sejak terjadi revolusi bersenjata di Suriah.
(muhib al majdi/arrahmah.com)