GAZA (Arrahmah.id) — Serangan Israel ke Gaza yang menyebabkan penghancuran Rumah Sakit Arab al-Ahli dan menewaskan 500 pasien dan pengungsi di dalamnya memicu kemarahan di seantero Timur Tengah dan Afrika Utara. Ribuan warga turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa, beberapa berujung kerusuhan.
Di Ramallah, Tepi Barat, seperti dilansir The New Arab (17/10/2023), hingga Rabu dini hari Pasukan keamanan Palestina menembakkan gas air mata dan granat setrum untuk membubarkan pengunjuk rasa. Pengunjuk rasa melemparkan batu dan meneriakkan penentangan terhadap Presiden Mahmoud Abbas.
Kemarahan rakyat memuncak setelah serangan mematikan terhadap rumah sakit Gaza oleh Israel. Serangan terhadap RS Al-Ahli al-Arabi di Gaza, yang menewaskan sekitar 500 orang, adalah insiden paling mematikan di Gaza sejak Israel melancarkan serangan udara 11 hari lalu.
Bentrokan dengan pasukan keamanan Palestina juga terjadi di kota Nablus, Tubas dan Jenin di Tepi Barat, sebuah kota di utara yang menjadi fokus operasi militer besar Israel awal tahun ini, menurut para saksi mata.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di Timur Tengah dan Afrika Utara pada hari Selasa untuk menunjukkan kemarahan mereka setelah serangan udara mematikan Israel di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di Gaza. Protes spontan meletus di Yordania, Turki, Lebanon, Iran dan Irak, Tunisia, Maroko, dan lainnya.
Koresponden Al Jazeera, Dorsa, Jabbari melaporkan bahwa “setidaknya setengah lusin” kota di Iran telah dilanda protes setelah serangan terhadap rumah sakit tersebut.
Dari sudut pandangnya di ibu kota Teheran, dia menjelaskan bahwa para demonstran bergerak dari Lapangan Palestina di kota tersebut menuju Kedutaan Besar Prancis, di mana mereka meneriakkan menentang kekerasan tersebut.
“Ada kesan bahwa ini adalah bencana besar,” jelas Jabbari. “Pemimpin Tertinggi Iran berbicara sebelumnya pada hari Selasa dan dia mengatakan ketika negara-negara Muslim, negara Muslim dan masyarakatnya marah, sangat sulit untuk mencegah mereka mengungkapkan kemarahan mereka. Hal itulah yang kita lihat di jalan-jalan di negara-negara ini dan tentunya juga di Iran.”
Sementara itu, di Istanbul, jurnalis lepas Emre Basaran mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ketegangan sangat terasa.
“Sentimen anti-Israel secara historis tinggi di Turki karena penindasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun terhadap Palestina dan perangnya melawan rakyat Palestina,” katanya. “Ada jenis kemarahan yang sangat khas terhadap Israel saat ini. Anda bisa merasakannya, Anda bisa menciumnya di jalan.”
Dia menjelaskan, setelah pengunjuk rasa mencoba memasuki konsulat Israel, polisi Turki membubarkan massa dan memblokir area tersebut. “Tidak ada cara bagi saya untuk mendekati konsulat,” kata Basaran.
Ratusan demonstran di Lebanon pun bentrok dengan pasukan keamanan Lebanon di luar kedutaan AS di pinggiran Awkar, di mana para pengunjuk rasa melemparkan batu dan membakar sebuah gedung, menurut koresponden AFP.
Polisi menembakkan beberapa gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa, dan petugas medis bergegas menangani kasus sesak napas. (hanoum/arrahmah.id)