Oleh Ine Wulansari
Pendidik Generasi
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik atau guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya wajib dalam upaya menciptakan anak didik yang mengalami kemajuan setelah mengalami proses melalui pembelajaran. Fungsi sekolah yang sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan yang cerdas.
Dari fungsi dan pengertian sekolah yang memiliki tujuan baik, sangat disayangkan masih banyak siswa atau anak didik yang tidak mempunyai keterampilan pendidikan dasar. Seperti yang terjadi di SMPN 11 Kota Kupang, hasil asessment kognitif peserta didik baru pada bulan Juni 2023 ditemukan sebanyak 21 pelajar tidak bisa calistung (baca, tulis dan berhitung), juga tidak mampu membedakan abjad.
Ketidakmampuan membaca, menulis, dan berhitung ini beragam. Menurut Warmansyah selaku Kepsek (Kepala Sekolah) SMPN 11 Kota Kupang mengatakan, dari 21 siswa tersebut ada satu anak yang hampir tidak bisa baca tulis. Sementara 6 pelajar lainnya, tidak mampu membaca kalimat utuh. Harus mengeja secara perlahan agar kalimat bisa dibaca dengan baik. Begitu juga dengan siswa lainnya yang terkategori belum mahir dalam membaca kalimat lengkap. Sehingga sekolah tersebut menyediakan lima guru untuk memberikan pelajaran tambahan dalam melakukan pendampingan. (tribunnews.com, 10 Agustus 2023)
Bukan hanya di Kupang Indonesia, kawasan Asia Fasifik pun mengalami hal yang sama. Meskipun bersekolah, anak-anak tak memiliki keterampilan pendidikan dasar. Memang ada beberapa faktor yang memengaruhi pembelajaran diantaranya, pendapatan keluarga, kesehatan, dan akses terhadap bahan pembelajaran. Akan tetapi, saat anak bersekolah peran guru mempunyai tugas yang sangat besar. Menurut data dari beberapa negara di kawasan Asia Fasifik ini, guru seringkali memiliki pengetahuan terbatas tentang mata pelajaran yang mereka ajarkan. (republika.co.id, 24 September 2023).
Kurikulum Kapitalisme Mengasilkan Pendidikan Tak Berkualitas
Serangkaian fakta di atas, sungguh mengejutkan. Di tengah berulangnya pergantian kurikulum yang diterapkan khususnya di Indonesia, justru pendidikan tak merata. Bagaimana bisa masih ada anak-anak yang tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung meskipun mereka bersekolah. Padahal kemampuan ini merupakan modal mendasar bagi siswa untuk melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi. Jika hal ini terus dibiarkan sekalipun kurikulum silih berganti, tidak akan mampu merubah kondisi tersebut.
Jika terus dibiarkan dan masih ada pada siswa ketidakmampuan itu, maka ada yang salah dengan kurikulum pendidikannya. Kenyataan ini pun dipertegas dengan kemampuan guru yang juga masih minim pengetahuan. Apakah pendidikan gratis sangat lemah dalam mencapai target pendidikan? Sehingga siswa yang telah lulus sekolah dasar masih ada yang belum bisa baca tulis.
Sekolah sebagai salah satu tempat menimba ilmu bagi warga masyarakat. Dengan tujuan mencerdaskan secara ilmu pengetahuan, membentuk kepribadian yang baik, dan didukung sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan, serta kurikulum yang menjadi dasar berjalannya suatu pendidikan. Akan tetapi jika keberadaan sekolah dengan kurikulum pendidikan yang ada justru tidak berhasil menjalankan fungsinya, maka tak heran masih ada siswa yang jauh dari target pencapaian. Bukankah mendapatkan pendidikan merupakan hak seluruh warga negara? dan kewajiban negara menyelenggarakannya secara optimal. Baik di perkotaan atau di desa, semua harus memperoleh hak yang sama.
Inilah potret buram pendidikan ala Kapitalisme, negara sibuk memperbaharui kurikulum dengan berbagai target yang ingin dicapai. Namun hasilnya jauh dari keberhasilan. Sebab, Kapitalisme yang bertumpu pada manfaat materi menjadikan sistem pendidikan lebih menitik beratkan pada materi ajar yang bisa memberikan manfaat materiil, termasuk memenuhi keperluan dunia usaha. Sehingga pengayoman negara tak diberikan secara merata, buktinya di wilayah desa atau pedalaman akses pendidikan tidak terjangkau, sarana dan prasarana terbatas. Wajar jika saat ini dengan segala kecanggihan teknologi, masih ada siswa yang belum bisa membaca bahkan terkategori buta aksara.
Pendidikan Dalam Islam
Tujuan membentuk anak didik yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, memiliki karakter, menguasai sains teknologi dan berbagai keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan hanya bisa diwujudkan melalui sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam memang bertujuan untuk mewujudkan hal itu. Tujuan itu akan diejewantahkan dalam semua rincian sistem pendidikan.
Sistem pendidikan Islam menjadikan akidah Islamiyah sebagai dasarnya. Karena itu keimanan dan ketakwaan juga akhlak mulia akan menjadi fokus yang ditanamkan pada anak didik. Halal haram akan ditanamkan menjadi standar perbuatan dalam seluruh aktivitas. Dengan begitu anak didik dan masyarakat nantinya akan selalu mengaitkan peristiwa dalam kehidupan mereka dengan keimanan dan ketakwaannya.
Dengan semua itu, pendidikan Islam akan melahirkan pribadi muslim yang taat kepada Allah mengerjakan perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Ajaran Islam bukan sekadar hafalan tetapi dipelajari untuk diterapkan, dijadikan standar dan solusi dalam mengatasi seluruh persoalan kehidupan.
Ketika hal itu disandingkan dengan materi sains, teknologi dan keterampilan, maka akan menghasilkan manusia-manusia berkepribadian Islam sekaligus pintar dan terampil. Kepintaran dan keterampilan yang dimiliki itu akan berkontribusi positif bagi perbaikan kondisi dan taraf kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkannya, Islam menetapkan bahwa negara wajib menyediakan pendidikan yang baik dan berkualitas secara gratis untuk seluruh rakyatnya. Daulah Islamiyah wajib menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan. Membangun gedung-gedung sekolah dan kampus, menyiapkan buku-buku pelajaran, laboratorium untuk keperluan pendidikan dan riset, serta memberikan tunjangan penghidupan yang layak baik bagi para pengajar maupun kepada para pelajar. Dengan dukungan sistem Islam lainnya khususnya sistem ekonomi Islam maka hal itu akan sangat mudah direalisasikan.
Melalui pendidikan Islam banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat, cerdas, dan bertakwa. Diantarnya ialah Ibnu Sina ahli dibidang kedokteran, Al-Farabi ahli filsafat, Ibnu Khaldun ahli Sosiologi, Ibnu Haitsam ahli optik modern, dan lain-lainnya. Inilah wujud pendidikan berkualitas dalam sistem Islam. Dengan bersandar pada akidah Islam akan menjadikan mereka sebagai generasi unggul, baik dari segi keterampilan dasar maupun memiliki keimanan dan ketakwaan yang luar biasa. Sehingga dengan segenap kemampuan tersebut mereka akan menjadi agen-agen perubahan bagi dunia.
Wallahua’lam bish shawab.