SURIAH (Arrahmah.com) – Warga sipil Kurdi di Suriah timur laut berencana untuk melakukan aksi duduk terbuka di daerah dekat perbatasan Turki sebagai tanggapan terhadap operasi militer Turki yang mungkin akan segera diluncurkan, menurut aktivis dan wartawan setempat.
Duduk di “tenda besar”, orang-orang dari segala usia mulai berkumpul di kota Ras Al-Ain, Tal Abyad dan Kobane.
“[Mereka] ingin berdiri sebagai tameng manusia untuk mencegah kemajuan Turki,” kata Arin Sheikhmous, seorang aktivis yang berbasis di Qamishli, di mana ratusanorang lain juga berkumpul di luar kantor PBB untuk menyerukan aksi internasional, lansir Al Jazeera (7/10/2019).
Hal tersebut terjadi sehari setelah Amerika Serikat mengumumkan keputusannya untuk menarik pasukan dari wilayah timur laut.
Langkah Washington itu membuka jalan bagi Ankara untuk melancarkan ofensifnya dan meninggalkan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi yang aktif di sepanjang perbatasan dengan risiko diserang oleh Turki.
Ankara belum mengungkapkan ruang lingkup persis dari serangan yang direncanakan, tetapi telah lama mengatakan ingin mendirikan apa yang disebut “zona aman” di wilayah Suriah timur laut.
SDF, yang bekerja sama dengan AS dalam kampanye melawan ISIS, mengatakan penarikan pasukan AS merupakan pengkhianatan dan “menikam dari belakang”, namun mereka bersumpah akan terus mempertahankan wilayahnya dengan segala cara.
Warga Kurdi menentang operasi militer Turki, menurut klaim mereka, jika Turki menginjakkan kaki di daerah tersebut maka akan ada “pembantaian”.
Terdapat hampir lima juta orang di wilayah timur laut, termasuk ratusan ribu warga Suriah yang kehilangan tempat tinggal yang melarikan diri dari serangan pasukan rezim Asad di wilayah lain dari negara yang dilanda perang.
Ankara, yang meyakini bahwa SDF yang dipimpin oleh YPG merupakan afiliasi dari PKK, organisasi yang dilarang di Turki, telah lama menegaskan bahwa mereka ingin membersihkan daerah perbatasan dari unsur-unsur teroris.
PKK telah melancarkan kampanye bersenjata melawan Turki selama tiga dekade lebih, konflik yang telah menewaskan sekitar 40.000 orang.
Turki juga mengatakan ingin menerapkan “zona aman”, yang membentang sejauh 32 km (20 mil) ke wilayah timur laut Suriah, untuk menciptakan kondisi yang diperlukan bagi kembalinya sekitar dua juta dari lebih dari 3,6 juta pengungsi yang ditampung di wilayahnya.
“Tujuan kami adalah untuk mengamankan perbatasan kami, seperti halnya negara mana pun peduli dengan keamanan perbatasan mereka,” Ibrahim Kalin, juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengatakan kepada Al Jazeera pada Senin (7/10).
“Kita harus menjaga keamanan perbatasan kita dan memastikan para pengungsi Suriah kembali ke rumah mereka dari mana mereka berasal, secara aman dan sukarela.”
(haninmazaya/arrahmah.com)