BAGHDAD (Arrahmah.com) – Kelompok sekuler di wilayah Kurdistan Irak mendorong pemerintah untuk melarang Khutbah Jumat, menimbulkan keretakan ideologis dengan kaum Muslim berkomitmen.
Langkah diambil oleh beberapa intelektual dan feminis setelah Mullah Farman Kharabaiy, imam masjid di ibukota Arbil mengatakan sejumlah feminis terkemuka Kurdistan menghujat khutbahnya, lapor Press TV.
Perkataan Kharabaiy juga mengeluhkan kepada pihak kepolisian yang menuduh bahwa setiap kalimat yang diucap oleh otoritas keagamaan merupakan ancaman langsung terhadap kehidupan mereka.
“Perhatian utama di sini di Kurdistan adalah bahwa para pemimpin agama berpikir bahwa mereka harus menjadi pemimpin dari seluruh masyarakat,” ujar Mariwan Naqshabani, seorang pengamat politik.
Parlemen saat ini sedang membahas hukum yang hanya akan memungkinkan pemerintah untuk mengontrol tiga khutbah Jumat, satu dari wilayah Kurdistan, kota Arbil, Sulaymaniyah dan Duhok.
“Sembilan puluh persen orang di sini adalah Muslim. Mereka mengumpulkan tanda tangan dan petisi kepada pemerintah untuk membuat undang-undang ini dan harus mempertimbangkan keinginan mayoritas rakyat di daerah,” klaim Salim Koyi dar Gerakan Islam Kurdistan.
“Para pemimpin relijius berbicara tentang kegagalan kepemimpinan politik dan tidak adanya pemerintahan. Itulah sebabnya bahkan pihak-pihak yang berkuasa diam ketika pemimpin agama diserang oleh intelektual,” tambahnya.
Koresponden Press TV mengatakan bahwa banyak kelompok beragama siap melakukan unjuk rasa jika hukum ini berlaku dan para penduduk akan menentang larangan tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)