JAKARTA (Arrahmah.com) – Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyatakan keterkejutannya perihal insiden penahanan Tim Kemanusiaan Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) oleh polisi antiteror Turki di bandara Ataturk Istanbul saat hendak terbang ke perbatasan Turki-Suriah, Hatay.
Fadli yang mengaku mengikuti perihal ini melalui media mengungkapkan hal tersebut saat menerima kunjungan Tim FIPS, Rabu (17/6/2015), di ruang kerjanya, Gedung Nusantara III DPR RI, di Jakarta. Tim FIPS dengan juru bicara Achmad Michdan dan Mustafa B Nahrawardaya melaporkan misi kemanusiaan yang dilakukan FIPS untuk Suriah di Turki pada 29 Mei – 3 Juni 2015 lalu.
Tim melaporkan insiden yang terjadi pada Senin (1/6) lalu di mana pesawat mereka yang sudah siap take off ke Hatay tiba-tiba menunda keberangkatan dengan alasan ada gangguan teknis.
Kemudian diketahui bahwa ternyata pilot menerima informasi dari salah seorang penumpang yang menyebut di antara rombongan kemanusiaan WNI ada yang mengatakan dalam bahasa Arab mau bergabung dengan kelompok “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS. Pilot pun meneruskan informasi itu kepada polisi anti-teror bandara. Padahal tak ada di antara rombongan yang bicara dalam bahasa Arab.
Polisi memaksa turun 10 penumpang WNI itu dari pesawat. Seluruh ponsel, kamera dan laptop diperiksa. Dilaporkan, insiden penahanan sekitar 4 jam itu akhirnya clear, setelah polisi mendatangkan jaksa. Jaksa mengatakan tak ada indikasi atau bukti bahwa 10 WNI yang tergabung dalam Tim Kemanusiaan FIPS itu akan bergabung ke ISIS.
Rupanya polisi Turki mendapatkan informasi palsu yang berupaya mengkriminalkan lembaga kemanusiaan dari Indonesia yang sedianya akan menyerahkan bantuan kemanusiaan di perbatasan Turki-Suriah itu. Akhirnya polisi mempersilakan rombongan untuk melanjutkan perjalanan, namun tim medis dan kemanusiaan Suriah yang akan menerima bantuan memutuskan datang ke Istanbul untuk menerima bantuan di kota itu.
“Saya sempat minta tolong pada teman saya, wartawan Turki yang bisa berbahasa Indonesia yang saat itu pas liburan dari tugasnya di Indonesia untuk menerjemahkan dari bahasa Turki ke bahasa Indonesia, terkait alasan penahanan yang dikeluarkan polisi Turki. Yang saya tidak mengerti ada kalimat ‘berdasarkan informasi dari Jakarta’. Apa maksudnya, Jakarta kan luas,” ungkap Mustafa B Nahrawardaya, sebagaimana dilansir Salam Online.
Mendengar penjelasan tim, Fadli menyatakan siap memfasilitasi misi kemanusiaan ini agar tak dituduh ingin bergabung dengan ISIS seperti yang dialami FIPS. Termasuk memfasilitasi komunikasi melalui KBRI atau KJRI yang ada di Turki.
Fadli menegaskan, “Kita ingin dukung inisiatif dari masyarakat Indonesia ini, termasuk FIPS, mudah-mudahan ke depan bisa direncanakan (dengan lebih baik) dan program ini berjalan lebih lancar. Saya siap memfasilitasinya.”
“Saya ikut dukung apa yang perlu apakah telepon dari sini ke Dubes di KBRI atau KJRI sehingga tujuan mulia teman-teman seperti FIPS dapat tercapai. Terutama yang patut didukung adalah bantuan kemanusiaan yang jadi stressing tetapi kemudian teralihkan oleh isu ISIS,” ujarnya.
Fadli juga menyatakan perlunya rakyat Suriah yang menderita akibat penindasan rezim, yang menewaskan lebih dari 300 ribu warga sipil dan 3 juta lebih warga mengungsi itu mendapat perhatian dari Indonesia. Sementara ISIS hanyalah isu kecil yang justru dibesar-besarkan di Indonesia.
“Jangan sampai disalahpahmi sebagai upaya mendukung ISIS. Ini perlu diklarifikasi,” ujar Fadli.
Terkait isu ISIS ini, Fadli mengatakan pihaknya akan membuat tim kecil yang mengikutsertakan organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan NU, dalam rangka mengkaji lebih jauh, sehingga tidak ada penyimpangan isu di Indonesia.
Fadli juga berjanji akan membawa masalah ini pada parlemen Turki. “Kita punya hubungan baik dengan parlemen Turki, nanti kita informasikan juga,” tegasnya.
(banan/arrahmah.com)