BAGHDAD (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates, berada di Irak pada hari Kamis (10/12) untuk bertemu dengan para pejabat Irak di tengah gelombang pemboman yang diklaim menghilangkan 127 nyawa dan mendestabilisasi pemerintah. Pemimpin militer AS yang menyambut Gates membela pasukan keamanan Irak yang bertanggung jawab atas serangan.
Kamis malam sebuah pertemuan antara Gates dan Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, dibatalkan setelah al-Maliki dipanggil dewan perwakilan Irak untuk membahas pemboman.
Juru bicara Pentagon, Geoff ,Morrell mengatakan Gates berharap untuk bertemu hari Jumat pagi dengan perdana menteri Irak. Gates telah bertemu dengan Presiden Irak, Jalal Talabani, dan menawarkan bantuan AS untuk mengusut dan memperbaiki semua kerusakan akibat serangan itu.
Morrell mengutip perkataan Gates terhadap Talabani, “Insiden pemboman itu adalah pengingat tragis bahwa perang belum selesai. Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan.”
Kunjungan diam-diam kedua Gates di zona perang besar AS kedua setelah Afghanistan diklaim dilakukan bersamaan dengan munculnya pengakuan kelompok al-Qaidah Irak untuk bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pemboman menyebabkan 500 korban cedera, dan menurut AP kelompok ini memberi peringatan bahwa serangan lain akan muncul.
“Akan sulit bagi negara manapun untuk mencegah serangan seperti ini,” kata Letnan Jenderal Charles Jacoby, yang komandan AS nomor dua di Irak.
Gates diperkirakan untuk menekan para pemimpin Irak untuk segera membuat kemajuan politik dalam perseteruan antara Kurdi dan kelompok etnis lain.
Jacoby mengatakan bahwa rentannya keamanan di Baghdad yang terlihat yang telah dieksploitasi dalam pemboman hari Selasa itu dan mengklaimnya sebagai yang semakin rumit (den tentu saja dijadikan dalih untuk mendesak Irak menerima AS lebih lama).
Jacoby dan pejabat AS lainnya mengatakan serangan itu merupakan tanda bahwa kelompok-kelompok yang ada di bawah kepemimpinan al-Qaidah semakin mengencangkan genggamannya di Irak yang mulai melemah. Dengan jumlah yang sedikit, para ‘ekstrimis’ itu telah mengalihkan fokus perjuangan mereka dari merebut wilayah menuju upaya menggoyahkan pemerintah.
“Saya pikir serangan itu bermuara pada pemilu,” kata Jacoby.
Berbagai media dan analis mengklaim bahwa penyerangan ‘teroris’ itu menimbulkan pertanyaan sulit bagi al-Maliki tentang kemampuan pasukan keamanan Irak menjelang rencana penarikan pasukan tempur Amerika Serikat tahun depan.
Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka berencana untuk menjaga 120.000 pasukannya di Irak untuk mengamankan pemilihan Irak yang akan berlangsung pada 7 Maret; dan rencana untuk menarik keseluruhan pasukannya dari Irak pada bulan Desember 2011. (althaf/ap/arrahmah.com)